Ternyata jarak dan waktu tak pernah bermurah hati pada kita. Membiarkan kita jauh dan lama terpisah dalam ketidakpastian yang kuciptakan sendiri. Membuat kita saling kehilangan dan asing satu sama lain. Aku tahu kau sudah lelah menantiku kembali. Saat harapan itu bersemi aku harus terbang lagi.
Aku hanya bisa kelu ketika terpaksa melepasmu pergi dari kehidupanku. Walau hatiku sungguh tak ingin tapi aku tetap harus merelakanmu. Ya aku tahu kau tak lagi merasa nyaman berjalan di sampingku.
Kuintip dan kurenungi hari-harimu yang sempat sepi setelah kita saling melambaikan tangan. Dan ketika kau menemukannya aku hanya bisa menatap hampa dari jauh. Utopiaku hancur berantakan sudah karena kegamanganku sendiri, bukan salahmu.
Aku tidak tahu harus bersorak kegirangan ataukah menangis sedih saat tahu dia begitu mencintaimu. Kau pun memujanya jauh melebihi yang pernah kau lakukan untukku. Tahukah kau seperti apa rasanya? Seperti dijatuhkan dari tempat tinggi tanpa jaring pengaman. Hatiku pecah dan hidupku retak.
Nyonya,
Seharusnya aku bahagia melihatmu bahagia. Tapi kenapa aku seperti kehilangan arah dan separuh hidupku? Pun saat aku menemukan dia yang seharusnya jadi tambatan jiwaku. Kenapa rasanya tak pernah sama?
Aku berusaha melupakanmu dan menghapus tiap lembaran bersamamu dalam hidupku. Makin aku berusaha, makin kuat ingatanku padamu melekat dan berurat akar dalam benakku. Kupikir aku sudah menyiksa diriku sendiri. Makin tersiksa ketika aku tahu bahwa sedikitpun kau tak lagi pernah memikirkanku. Kau asyik menjalani hidupmu dengan dia-mu.
Dia-ku mengatakan aku bodoh. Ya kuakui itu. Dan aku serasa menemukan surgaku kembali tatkala aku menemukan lembar tentangmu. Bagaikan oase di tengah dahagaku yang menggila. Walau aku hanya bisa menatapmu dari jauh aku tak apa-apa. Biarkan aku memperoleh hidupku kembali hanya dengan melihatmu tanpa menjangkaumu.
Betapa klise kalimat yang beredar itu, bahwa cinta tak harus memiliki. Tapi kini aku tahu bahwa rasa itu benar ada dan akan selalu ada bersama seluruh sisa nafas yang kupunya. Aku tak mampu menghapusnya. Dia-ku tak apa-apa karena sangat tahu aku tetap miliknya dan bukan milikmu apapun yang terjadi. Kau milik dia-mu dan tak akan pernah jadi milikku. Kita tak akan pernah bisa bersatu dan saling memiliki.
Nyonya,
Cintaku padamu tak akan pernah kubiarkan pergi walaupun cintamu padaku sudah lama padam. Biarkan kumiliki rindu ini untuk menggantikan utopiaku yang berantakan.