Indonesia termasuk negara yang up to date berkaitan dengan kemajuan teknologi; termasuk pergerakan jurnalisme online-nya. The Jakarta Post, sebuah media jurnalistik Indonesia berbasis bahasa Inggris akan menjadi contoh bagaimana perkembangannya di tengah dunia digital.
Netizen di Indonesia
AC Nielsen (sekarang The Nielsen Company), pernah membuat riset terhadap konsumen media di Indonesia (Adzkia, 2015). Hasilnya, media online menempati posisi kedua tertinggi yang paling banyak dikonsumsi, sedangkan media cetak (koran) menduduki urutan ke-4.
Penggunaan internet -- baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa -- meningkat pesat dari tahun 2010 hingga 2014. Peningkatan di Pulau Jawa mencapai 17% dan di luar Pulau Jawa menyentuh angka 12%.
Selain AC Nielsen, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJI) meneliti bahwa di tahun 2014 sebanyak 88,1 juta penduduk Indonesia (dari 252 juta) telah mengonsumsi internet. 57% dari mereka menggunakannya untuk mengakses berita dari media online.
Jurnalisme Online di Indonesia
Dewan Pers pernah mencatat bahwa sebanyak 47 ribu media ada di Indonesia pada tahun 2018 (Haryanto dalam Ashari, 2019). Dari angka tersebut, sejumlah 43.803 adalah media online dan sisanya merupakan media cetak sebanyak 2.000, radio sebanyak 674, dan televisi sebanyak 523.
Â
Melansir Buku Ajar Jurnalisme Multimedia yang ditulis oleh Widodo (2020), Republika menjadi media berita online pertama yang hadir dengan situs bernama www.republika.co.id di tahun 1994, sekitar satu tahun setelah Harian Republika terbit.
Kompas, sebagai salah satu surat kabar dengan peminat yang tinggi, mulai bergabung di dunia maya pada tahun 1995 dengan nama Kompas Online (kompas.co.id), yang saat ini telah menjadi kompas.com.
Pada masa kelahiran Republika dan Kompas di media online, kedua media berita tersebut hanya memindahkan isi media cetak mereka ke media online dengan konten yang sama.
Setelah kemunculan Republika dan Kompas, hadir pula Tempo (1996), Bisnis Indonesia (1996), Waspada Online (1997), detik.com (1998), okezone.com (2003), vivanews.com (2007), dan masih banyak lagi bermunculan hingga sekarang.
Terdapat tiga fase jurnalisme online berdasarkan penelitian Aplikasi Citizen Journalism di Era Konvergensi Media oleh Irawan (2014, dalam Puspita & Suciati). Pertama, fase memindahkan berita pada media cetak ke online, seperti yang dilakukan Republika dan Kompas pada awal kehadiran mereka di dunia online.
Kedua, fase pelaporan yang mengejar kecepatan. Pada fase ini, media berita mengutamakan berita yang bisa dipublikasikan dalam kurun waktu yang cepat.
Ketiga, fase multimedia dan multiplatform melalui data, visual interaktif, dan media sosial. Penggunaan multimedia seperti foto, video, dan audio, serta platform internet lain seperti media sosial mulai digunakan untuk menunjang kebutuhan publikasi berita.
Akibat adanya fase-fase ini, bukan hanya produk berita saja yang mengalami perubahan, melainkan pekerja di bidang jurnalistik juga. Wartawan di era digital diberi tuntutan untuk bisa memadukan tulisan, audio, dan video dalam menyampaikan informasi (Adzika, 2015).
Â
Lahirnya The Jakarta Post
Salah satu surat kabar di Indonesia yang memiliki basis bahasa Inggris dalam penyampaian informasinya adalah The Jakarta Post.
PT Bina Media Tenggara yang merupakan gabungan dari empat media (Kompas, Suara Karya, Sinar Harapan, dan Tempo) menjadi perusahaan yang menginisiasi terbitnya The Jakarta Post di tahun 1983.
Â
Terciptanya The Jakarta Post diniati sebagai usaha untuk memberikan informasi faktual mengenai Indonesia kepada masyarakat Indonesia dan asing.
Kehadiran The Jakarta Post tidak hanya membantu warga negara asing untuk mendapatkan informasi mengenai Indonesia, namun juga membantu literasi masyarakat Indonesia.
Sebuah eksperimen terhadap mahasiswa Indonesia tahun pertama yang mengambil studi bahasa Inggris membuktikan bahwa adanya surat kabar The Jakarta Post dapat secara efisien membantu mereka meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Eksperimen ini tertulis dalam jurnal bertajuk The Effect of Using The Jakarta Post Newspaper Articles in Enhancing Vocabulary of English for University Students: An Experimental Research (Rohmatillah, 2018).
The Jakarta Post Digital
Berbeda dengan The Jakarta Post versi cetak, The Jakarta Post Digital dipegang oleh PT Niskala Media Tenggara. Sejak berdiri di tahun 2015 hingga 2018, kisaran pengunjung situs mereka berjumlah 350.000 (Koswaraputra et al., 2019).
Setelah membaca sedikit sejarah mengenai kemunculan The Jakarta Post, lantas bagaimana perkembangannya sebagai media online?
Melihat pergerakan fase jurnalisme online, jelas The Jakarta Post telah dan masih melakukan fase pertama. Hingga saat ini, The Jakarta Post masih mempublikasikan berita harian dalam bentuk surat kabar cetak dan digital.
Keduanya dapat dikonsumsi secara berlangganan, baik secara bulanan maupun tahunan. Perbedaannya, The Jakarta Post berbentuk cetak dapat dibeli per edisi (harian) pada distributor perorangan, sedangkan wujud digitalnya hanya dapat dibeli secara berlangganan bulanan atau tahunan.
Pada fase kedua, The Jakarta Post juga berhasil mengikuti prakteknya dengan baik. Melihat sekilas dari thejakartapost.com, setiap artikel per kategorinya paling tidak terbit setiap 3 jam sekali. Dibanding artikel cetak, jelas bahwa artikel digital dapat diperbarui dalam durasi yang lebih singkat.
The Jakarta Post Digital telah memenuhi fase ketiga, yaitu pemanfaatan multimedia dan multiplatform. Dalam situs mereka, dapat ditemukan adanya beragam multimedia. Contohnya, foto, video, dan visual interaktif. Bahkan, ada fitur khusus untuk mendapatkan berita berwujud multimedia.
Banyaknya ragam media sosial menarik perhatian The Jakarta Post untuk mempublikasikan berita mereka di media sosial seperti Twitter, YouTube, Facebook, Instagram, dan LinkedIn.
Uniknya, YouTube The Jakarta Post tidak melulu melampirkan berita hardnews atau softnews selayaknya yang dapat ditemui di akun lainnya. Berita feature berdurasi panjang dengan konten yang detail hadir dalam beragam tema yang diberi judul TJP Documentaries.
Yuk, intip contohnya di sini!
Sumber:
Adzkia, A. R. S. (2015). Praktik multimedia dalam jurnalisme online di Indonesia (Kajian praktik wartawan multimedia di cnnindonesia.com, rappler.com, dan tribunnews.com). Jurnal Komunikasi, 10(1), 41-54.
Ashari, M. (2019). Jurnalisme digital: Dari pengumpulan informasi sampai penyebaran. Inter Komunika: Jurnal Komunikasi, 4(1), 1-16.
Herlina, N. (2003). Proses temu kembali artikel suratkabar The Jakarta Post di perpustakaan The Jakarta Post [Laporan praktek kerja lapangan, Institut Pertanian Bogor]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Â
Koswaraputra, D. I., Sinaga B. M., & Andati, T. (2019). Pengembangan bisnis media The Jakarta Post digital. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis, 5(2), 177-186. https://doi.org/10.17358/jabm.5.2.177
Puspita, R. & Suciati, T. N. (2020). Mobile phone dan media sosial: Penggunaan dan tantangannya pada jurnalisme online di Indonesia. Ekspresi dan Persepsi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 132-146.
Rohmatillah. (2016). The effect of using The Jakarta Post newspaper articles in enhancing vocabulary of english for university students: An experimental research. English Education: Jurnal Tadris Bahasa Inggris, 9(2), 395-408.
Widodo, Y. (2020). Jurnalisme Multimedia. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI