Pada sebuah artikel berjudul “Government warns of third COVID-19 wave ahead of holiday season”, kita dapat mengintip bagaimana The Jakarta Post belum konsisten dalam meringkas teks mereka (Gambar 6).
Paragraf pertama dan keempat mencakup lebih dari empat kalimat, membuat paragraf tampak sangat penuh. Berbeda dengan paragraf kedua yang merupakan kutipan langsung dan paragraf ketiga, keduanya jauh lebih ringkas dan nyaman untuk di baca pada media online.
Mengintip sedikit pada laman multimedia khususnya video, The Jakarta Post juga belum cukup mengimplemetasikan brevity, terlihat pada Gambar 7.
Keenam katalog video di atas menunjukkan bahwa setiap video yang diunggah memiliki durasi yang beragam, mulai dari yang sangat singkat, hingga jauh melebihi tiga menit.
Adaptation
Bagaimana dengan adaptasi The Jakarta Post dalam penggunaan multimedia? Setelah mengulik beberapa artikel mereka, penulis menemukan bahwa mayoritas artikel mereka hanya teks dan foto. Coba tengok Gambar 8.
Kita dapat menemukan adanya imej dari sebagian besar artikel mereka, namun hanya itu saja; teks dan imej, tidak lebih.
Meski demikian, menyingkir sedikit dari fokus utama artikel yang bersangkutan, pada sisi kanan terdapat hypertext yang diberi tajuk Most Viewed, artinya artikel The Jakarta Post yang paling banyak dikonsumsi belakangan ini. Apabila teks tersebut diklik, maka pengguna akan langsung terarah pada artikel dengan judul yang dituju.