Scanability mengarah kepada bagaimana para pembaca memindai halaman. Pembaca cenderung mencari judul, subjudul, tautan, dan unsur lain yang dapat membantu mereka menavigasi teks di layar.
Sejumlah teknik yang dapat menolong kemampuan memindai adalah judul/headline yang jelas dan tidak ambigu, intro-sebagai-ringkasan, subjudul, bullet/number list, kutipan indentasi, hyperlinks, dan kata-kata yang tebal atau disorot.Â
Interaktivitas (interactivity) menjadi bagian penting sejak jurnalisme bergabung dalam internet. Kini, pengguna atau pembaca dapat melakukan kontrol terhadap berita yang mereka terima.
Ada dua dimensi di dalamnya. Pertama, ruang dan waktu, sedangkan yang kedua adalah input dan output.
Kontrol atas ruang dan waktu:
- Teknologi seperti video on demand (VOD), personal video recorder (PVR), podcast, ponsel, dan situs web memungkinkan audiens untuk memiliki fleksibilitas waktu dalam konsumsi.
- Adanya ponsel, MP3 player, laptop, memberikan kemungkinan bagi audiens untuk memperoleh ruang yang nyaman, tidak seperti televisi yang mengharuskan merek duduk di depannya.
Kontrol atas input dan output:
- Audiens dapat mengendalikan bagaimana output yang mereka harapkan, tak seperti sediakala dimana hanya bisa bergantung pada kemampuan produsen untuk dalam penyajian. Contohnya, pada berita berupa video, audiens dapat menghentikan dan mempercepat.
- Dalam hal input, audiens dapat membuat jalur komunikasi tertentu, meski penyajian, pembentukan, pengeditan, dan distribusi masih dipegang oleh produsen media profesional. Misalnya adalah blog, forum, wiki, dan lain-lain.
Prinsip terakhir adalah community and conversation.Media dianggap sebagai komunitas (community). Sebagai penyebar informasi, media pada akhirnya mengorganisasikan sejumlah khalayak dengan mengumpulkan, menyaring, dan mendistribusikan informasi.
Istilah ‘content is a king’ telah berubah menjadi ‘conversation is the kingdom’. Maksudnya adalah jurnalis perlu untuk mengambil bagian dari dalam membuat conversation atau percakapan dalam berbagai cara, seperti terlibat dalam komunitas, membuka karya agar orang lain dapat ikut mengedit, membuat konten menjadi portabel, menanggapi kontributor, dan menunjukkan keberadaan jurnalis sebagai bagian dari percakapan.
Penerapan BASIC pada The Jakarta Post
Pertanyaannya adalah apakah The Jakarta Post sudah mengimplementasikan kelima prinsip di atas? Mari kita bongkar.
Brevity