Mohon tunggu...
Kosasih Ali Abu Bakar
Kosasih Ali Abu Bakar Mohon Tunggu... Dosen - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Penguatan Karakter

Baca, Tulis, Travelling, Nongkrong, Thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kedatangan Pope, Agama, dan Realitas

7 September 2024   07:18 Diperbarui: 7 September 2024   07:33 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia sedikit banyak telah menarik perhatian rakyat Indonesia. Paus Fransiskus sendiri adalah Bapak Suci dari umat Katolik, tidak hanya itu ia juga seorang Kepala Negara Vatikan. Kunjungan apostolik (keagamaan) dan kenegaraan, ia merepresentasikan kedua peran tersebut. Bisa dipahami jika ia hanya satu-satunya manusia di dunia dengan peran seperti itu.

Pesan yang ia bawa sehubungan dengan perannya sebagai Kepala Negara adalah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Semboyan bangsa Indonesia. Ia seolah-olah menggaungkan kembali apa pentingnya semboyan tersebut bagi bangsa Indonesia.
Sedangkan bagi kaum muda, ia mengajarkan 4 (empat) prinsip, yaitu kenyataan yang melebihi mimpi, persatuan mengatasi konflik, keseluruhan yang melebihi bagian demi bagian, dan realitas yang melebihi ide. Ia juga berbicara untuk terciptanya sebuah harmoni kehidupan, maka pikiran, perkataan, dan tindakan, harus selalu berjalan bersamaan.
Selain itu, Paus Fransiskus juga mengungkap perbedaan merupakan bagian dari kehidupan yang harus disikapi. Mengedepankan dialog dalam perbedaan, karena peperangan adalah kekalahan.

Paus Fransiskus telah mengingatkan kembali kepada kita semua tentang peran agama. Agama tidak hanya bicara tentang kekuasaan atau pemaksaan, agama turun lebih bagaimana memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi alam dan isinya. Hal yang sama, penguasa tidak juga diperbolehkan untuk memaksakan penyeragaman.

Sebelum meninggalkan Indonesia, Paus Fransiskus menurut Menteri Agama memberikan 3 (tiga) pesan kunci, yaitu keragaman yang harus terus dijaga sebagai anugrah, mengedepankan dialog, dan menjaga alam  bagi generasi masa depan.

Ia mengunci kesemuanya dengan sebuah pesan yang sangat menantang, bahwa realitas itu harus melebihi ide. Artinya konsep apapun tentang perdamaian, tentang menghargai perbedaan, atau apapun itu tentang kebaikan, tidaklah sekedar di atas kertas saja, tapi harus bisa menjadi sebuah kenyataan, bahkan melebihi ide atau konsep itu sendiri.

Pesan-pesan yang disampaikan adalah pesan-pesan moral yang humanis bagi kemanusiaan. Paus Fransiskus berlatar belakang sebagai tokoh agama yang mencintai orang miskin dan hidup sederhana. Ia juga sebagai tokoh kunci program Scholas Citizenship, program mendengar orang muda berbicara, memecahkan solusi bersama, berekspresi, dan membawa semangat perubahan kepada lingkungannya.

Sehingga, pesan-pesan kunci yang disampaikannya, merupakan representatif keyakinannya beragama yang diimplementasikan dalam perjalanan hidupnya.

Hal ini tentunya tidak terlepas dari kemasan komunikasi publik yang dilakukan oleh tim Paus Fransiskus. Luar biasa. Ide dan pemikiran Pope sebagai seorang pemimpin umat, kepala negara, dan pribadinya sendiri telah dikemas sedemikian rupa dengan indah dan amat bermakna.

Bagi saya seorang muslim, pesan-pesan Paus Fransiskus seolah-olah mengingatkan saya kembali kepada ajaran Islam. Bagi saya seorang Indonesia, ia telah menyentil kembali tentang Bhinneka Tunggal Ika. Bagi saya seorang manusia biasa, ia telah mengetuk hati nurani kemanusiaan saya.

Kunjungannya seolah-olah ingin menyadarkan kita semua, bahwa kemanusiaan itu di atas segala-galanya. Kekerasan itu kekalahan. Mengasihi itu adalah jalan hidup. Perdamaian itu lebih penting dari pada kekayaan dan kekuasaan.

Kunjungan dan pesannya telah melewati batasan agama, batasan sebagai seorang Kepala Negara. Kedatangannya, sebagai seorang tokoh dunia yang peduli akan kemanusiaan.

Sebagai seorang Muslim, ingatkah tentang ajaran Islam yang mengedepankan kasih sayang dan keselamatan, toleransi dan keimanan, rahmatan lil 'alamin dan berlomba-lomba memberi manfaat kepada alam dan isinya.

Sebagai seorang Indonesia, baca kembali bagaimana lahirnya Bhinneka Tunggal Ika. Perjuangan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kemerdekaan dan menjaga persatuan dan kesatuan dalam perbedaan.

Sebagai pribadi, kenyataan itu lebih penting dari pada sekedar ide atau konsep. Sebagus apapun ide apabila tidak dapat diimplementasikan, maka akan percuma. Sesederhana apapun ide yang baik, bila dapat diimplementasikan maka ia akan sempurna, bahkan berpeluang realitasnya akan lebih baik. Kata dan perbuatan menjadi sebuah kesatuan, menuju harmoni kehidupan dengan mengedepankan dialog dan menghargai perbedaan.

Agama apapun yang datang akan bicara tentang kebaikan, Muhammad datang dengan Al Amin atau yang dipercaya, hal yang sama dengan setiap Rasul dan Nabi. Muhammad juga dikenal dengan kesederhanannya. Ia menekankan kepada Islam sebagai rahmatan lil alamin dan penyempurnaan akhlak.

Isa Al Masih, membawa ajaran kasih sayang, perjalanan hidupnya dipenuhi dengan ajaran kasih sayang terhadap orang-orang miskin dan tidak mampu, berbuat baik kepada yang membencimu, dst.

Utusan dan Agama yang dibawa selalu datang dengan menebar kebaikan di muka bumi. Sering kali, golongan kita, manusia, tidak melihat ajarannya terlebih dahulu, tapi siapa yang membawanya dan perbuatannya.

Walau, dalam Islam mengedepankan Tauhid dan Kristen percaya akan Trinitas. Islam sendiri membawa ajaran bahwa ketauhidan adalah yang utama dengan tanpa meninggalkan akhlakul karimah dan kemaslahatan bersama. Hal yang sama dengan Kristen, Trinitas dengan mengedepankan ajaran kasih sayangnya.

Dalam Islam sendiri mengatakan La Ikra Fiddin, tidak ada paksaan dalam berkeyakinan. Atau Lakum di Nukum Waliyadin, bagi mu agama mu bagi ku agama ku.

Kedatangan Paus Fransiskus mengingatkan kita kembali peran agama dalam kehidupan ini di tengah hiruk pikuk nafsu kekuasaan yang ingin diraih dan materi yang direngkuh atas nama agama, ditengah orang-orang yang masih kekurangan.

Ia juga mengingatkan kembali agama-agama dan kepercayaan lain untuk terus meningkatkan keimanan masing-masing umatnya dan berbuat kebaikan sekaligus aksi nyata bagi umatnya masing-masing. Tidak hanya itu, berkompetisi dalam hal kebaikan sekaligus saling bergandeng tangan demi kemaslahatan bersama dan alam semesta.
Akhirnya, kemanusiaan dan perdamaian adalah di atas segala-galanya. Keimanan seseorang adalah hak masing-masing orang, karena iman itu tidak bisa dipaksakan. 

Hal yang paling penting adalah menebarkan kebaikan di muka bumi dan berjalan di muka bumi dengan akhlak yang mulia. Membangun peradaban bersama demi menjaga bumi dari kekerasan dan peperangan, menjawab pertanyaan malaikat kepada Tuhan ketika pertama kalinya Adam akan diciptakan. Bahwa manusia lebih baik dari terdahulunya, menjadi penghuni di muka bumi yang menebar keselamatan, bukan kehancuran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun