Implementasi sebuah kebijakan pada dasarnya tidak akan pernah sesuai seratus persen dengan agenda setting atau rumusan kebijakan. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Itu adalah sebuah keniscayaan dan seni dalam kebijakan.
Namun, hal yang perlu dipahami bersama juga, kebijakan yang berkesinambungan menjadi point penting. Penggantian kebijakan bukanlah sebuah solusi, kecuali kebijakan tersebut memang amat sangat buruk. Pilihannya adalah menyempurnakan sebuah kebijakan menjadi lebih baik.
Sebuah anomali dalam melakukan terobosan implementasi kebijakan. Ketika akan melakukan penguatan karakter (ini membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama) pencegahan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan, misalnya.Â
Apakah kita akan menyasar terlebih dahulu kepada siswa atau guru? Tentunya jawaban yang paling rasional adalah kita harus melakukan diseminasi dan internalisasi kepada guru terlebih dahulu, baru kemudian guru kepada siswanya. Tapi catatan pentingnya ini butuh waktu yang lama, bisa jadi kita akan tertinggal.Â
Terobosannya, misalnya menggunakan PMM untuk percepatan internalisasi dan diseminasi dari Modul atau Bahan Ajar penguatan karakter bagi guru baru kemudian ke siswa. Inipun sebenarnya masih dipertanyakan internalisasinya akan efektif atau tidak, karena perubahan mindset itu butuh proses dan waktu.Â
Atau dengan cara luring, model Master TOT dan TOT dengan menggunakan orang-orang bisa jadi anchor di daerah dan bagian pusat atau memberdayakan Jaringan Masyarakat Sipil. Baru kemudian melakukan diseminasi kepada peserta didik. Misalnya melalui kegiatan P5 atau masuk ke dalam kurikulum.
Anomali-anomali kebijakan seperti ini yang harus ditemukan oleh Pengambil Keputusan untuk melakukan percepatan. Dengan tetap melakukan kontrol terbatas sekaligus mengedepankan pemberdayaan, bukan batasan-batasan yang harus dipatuhi secara ketat.
Pemanfaatan Teknologi dan Kolaborasi dengan Masyarakat
Filosofi dari teknologi adalah alat bantu untuk mempermudah. Konsekuensi dari menggunakan teknologi adalah adanya infrastruktur pendukung dan mau belajar hal baru. Tantangannya, tidak semua bisa mendapatkan layanan teknologi tersebut karena tidak ada infrastruktur atau sulit belajar hal baru.
Sehingga perlu ada pembangunan infrastruktur pendukung dan "pemaksaan" menggunakan teknologi atau menciptakan sistem atau lingkungan yang mau tidak mau harus menggunakan teknologi tersebut.