Mohon tunggu...
Dwiki Achmad Thoriq
Dwiki Achmad Thoriq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Paruh Waktu

Saya adalah editor waktu luang di Wikipedia dan Wiktionary serta penulis paruh waktu

Selanjutnya

Tutup

Roman

Nestapa Sang Penyair dan Algoritma Cinta

23 September 2023   10:20 Diperbarui: 23 September 2023   10:20 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pun menjadi dampak dari rasa trauma tersebut. Namun, rupanya teman-teman saya pun merasakan hal yang serupa. Betapa menyesalnya orang yang pernah berpikiran negatif kepadanya tanpa mengetahui bahwa ia sedang diterpa oleh neraka dunia. Semua ini bukanlah kesengajaan darinya. Memang keadaanlah yang tak mengerti dirinya, dan merasakan posisinya tak akan semudah yang dibayangkan.

Lengkaplah sudah, kami adalah sepasang manusia yang mengalami algoritma kehidupan yang begitu menyengsarakan. Mental kami tidak baik-baik saja. Topeng kami tebal, tetapi adakalanya topeng tersebut akan retak lalu membongkar segala beban yang kami pendam selama ini. Saya adalah seorang introvert yang ditekan menjadi ekstrovert karena pengaruh lingkungan yang begitu menekan semenjak zaman SMP. Terlebih lagi, saya adalah korban perundungan (bullying) selama 9 tahun yang kini lebih membutuhkan sistem dukungan (support system) untuk membuat hidup saya lebih berarti.

Saya tak butuh sosok pacar. Saya hanya butuh orang-orang yang selalu ada di sisi saya dan membuat saya yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Cita-cita saya hingga umur 25 tahun adalah konsentrasi yang perlu saya capai. Akan tetapi, prosesnya begitu menguras tenaga dan pikiran. Saya pikir, hidup sebagai orang dewasa tak semudah yang kita bayangkan ketika masih kecil. Terkadang, saya ingin kembali ke masa kecil. Masa di mana beban hidup tak pernah tiba untuk mengetuk pintu jiwa dan raga, lalu bertamu dan tak lekas keluar hingga waktu yang begitu berat dirasa.

Saya pun tak menanggung beban yang ringan karena saya menjalani dunia perkuliahan sambil bekerja. Lingkungan kerja yang kurang suportif dan minim empati membuat saya merasa tertekan dan kehilangan tempat untuk mengadu. Akan tetapi, hal tersebut tetap saya jalani karena penghasilan yang begitu menjanjikan. Mungkin orang lain akan menganjurkan saya untuk memilih pekerjaan lain saja. Namun, entah mengapa saya merasa sulit untuk lepas dari tempat ini.

Kami berdua pernah mengalami mati rasa. Hanya saja, saya seperti ditarik lebih awal ke dalam dunia rasa sebelum saya benar-benar siap menghadapinya. Ia masih mati rasa, sedangkan saya siap untuk berada di sisinya. Ya, mungkin itulah makna cinta, di mana orang saling tulus memberi dan menerima. Tidak ada balas-membalas, tidak ada negosiasi. Saya menemukan alasan untuk saya tetap hidup dan melanjutkan pendidikan meskipun ia tak merasakan hal yang sama.

Saya bahagia, saya bangga ada wanita sekuat dirinya di dalam hidup saya. Saya mencintainya meski tak harus memilikinya. Saya hanya ingin ia bahagia. Saya ingin ia kuat. Saya ingin hidupnya lebih berarti, bahkan lebih berarti daripada hidup saya. Segala doa yang terbaik untuk dirinya meskipun tak selalu berakhir cinta.

"Ya Allah, jika dia adalah jodohku, maka dekatkanlah. Dan jika dia bukan jodohku, maka dekatkanlah kami kepada jodoh yang sesungguhnya di waktu yang tepat dan dengan cara yang Engkau ridai."

Aamiin, aamiin, ya rabbal ‘alamin

Terima kasih, bidadari dari surga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun