Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Informasi dan Literasi Finansial: Previlege yang Tidak Dimiliki Semua Orang Tua

17 Juni 2021   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2021   16:38 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografik Literasi Finansial Kemendikbud (sumber: kemendikbud)                     

Saya tergelitik sekali dengan artikel dari Bapak Syarif Yunus yang berjudul "Hanya 1 dari 3 Pensiunan di Indonesia Menerima Bantuan Finansial dari Anaknya".

Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa terdapat 4 (empat) sebab utama pensiunan merana di masa pensiun mereka yaitu :

  1. Terlalu konsumtif
  2. Terbuai gaya hidup
  3. Terlibat utang
  4. Takut program pensiun

Menurut saya, ada satu hal lagi yang justru menjadi penyebab utama kenapa banyak pensiunan kurang sejahtera di masa tua mereka. Kurangnya Literasi Finansial.

Literasi Finansial ini adalah istilah yang saya peroleh saat saya sedang berusaha membenahi keuangan pribadi saya. Saat itu saya merasa bahwa diantara banyak hal yang diajarkan oleh institusi pendidikan, kenapa pengaturan keuangan justru tidak pernah diajarkan secara resmi. 

Saya memaknai literasi finansial itu sebagai pengetahuan yang membuat orang-orang bisa membuat keputusan yang benar terhadap uangnya. Keputusan yang benar bukan cuma tahu uang itu apa dan gunanya apa atau mau dibelanjakan apa. 

Seseorang harus mampu mengelola keuangan dengan melakukan perencanaan yang benar terhadap uangnya, menggunakannya untuk kebutuhan sekarang dan sekaligus menyiapkan kebutuhan dimasa depan.

Artikel saya mengenai literasi finansial dapat dibaca di sini :

Pentingnya Literasi Finansial untuk Pengaturan Keuangan Pribadi 

Saya merasa beruntung karena dalam proses membenahi keuangan saya, banyak sumber informasi yang bisa saya baca dan saya praktekkan untuk mencari pengaturan keuangan yang paling pas untuk saya. Hal tersebut merupakan hak istimewa atau kerennya suatu previlege yang dulu orang tua kita tidak punya. 

Apa yang mereka lakukan saat produktif bekerja, dan apa yang mereka bayangkan akan mereka peroleh saat pensiun adalah buah dari pelajaran yang mereka saksikan dari pendahulu mereka. Hal yang sama juga kita lakukan pada masa ini.

Dulu yang mereka lihat saat muda adalah, banyak anak banyak rejeki, masa tua sejahtera setelah ada anak yang sukses lulus perguruan tinggi dan bekerja, kerja kantoran sama dengan sejahtera, kepemilikan terhadap benda tertentu seperti rumah dan mobil akan membuat dipandang orang. 

Banyak yang berpendapat tidak berhutang maka tidak akan punya apa-apa, setelah pensiun waktunya bikin usaha bahkan dana pensiun atau pesangon sebaiknya dibuatkan kontrakan. Ketika mereka bekerja, maka mereka berusaha mencapai dan melakukan seperti hal-hal tersebut. 

Tetapi, sesuai perkembangan zaman, semua hal yang mereka lalukan menjadi tidak sesuai lagi. Dulu, informasi mengenai finansial tidaklah semasif sekarang. 

Investasi bagi mereka adalah emas perhiasan, tanah, dan mungkin saja gambaran rencana masa pensiun indah bagi mereka adalah hidup tenang tinggal bersama anak cucu. 

Masalahnya, anak cucu mereka sekarang menjalani kehidupan yang sangat berbeda dan mungkin secara ekonomi tidak sebaik apa yang orang tua mereka harapkan.

Kita sebagai generasi setelah mereka, melihat bahwa ada kekurangan dalam cara orang tua kita mengatur keuangan dan mempersiapkan masa depan mereka. 

Jika orang tua kita melakukan hal yang kurang lebih sama dengan pendahulu mereka, generasi muda sekarang cenderung melakukan hal yang berbeda karena tidak ingin terjebak di lingkaran yang sama. 

Generasi yang lebih muda ini tidak ingin keturunannya mejadi sandwich generation. Beruntungnya kita sekarang adalah informasi mengenai keuangan banyak dan bisa diperoleh secara gratis. 

Bertahun-tahun lalu orang hanya mengenal Safir Senduk sebagai perencana keuangan independen pertama di Indonesia. Sekarang banyak sekali perencana keuangan dan semuanya membagikan konten-konten gratis yang bisa kita akses dan pelajari untuk memperbaiki keuangan kita dan merencanakan masa depan. Semuanya tinggal menunggu niat dan semangat belajar.

Akses informasi inilah yang menurut saya menjadi previlege kita sekarang. Jika beberapa tahun lalu saya merasa bahwa tanah dan properti adalah satu-satunya investasi terbaik, sekarang saya tahu ada banyak cara investasi lain yang lebih sesuai dengan kemampuan keuangan saya. 

Dulu saya diajarkan bahwa jika tidak mencicil maka tidak menabung dan tidak akan memiliki apa-apa. Setelah belajar cara mengatur uang, saya menjadi sadar, bahwa tidak semua harus dibeli dengan cicilan.

Artikel saya mengenai cara pengelolaan keuangan bisa dibaca di sini :

6 Tips Mengatur Keuangan agar Tidak Stres                        

Penguasaan terhadap literasi finansial akan membuat kita melek finansial. Seorang yang melek finansial akan mampu membuat anggaran, memiliki kemampuan untuk melacak pengeluaran, paham mengenai hutang dan teknik membayar hutang (rasio hutang), dan memiliki perencanaan dana tua (dana pensiun).

Seperti imbauan dari Bapak Syarif Yunus, marilah mempersiapkan diri untuk masa pensiun. Waktu adalah teman baik bagi perencanaan keuangan. Semakin dini kita mempersiapkan diri, maka semakin matang persiapan yang akan kita lakukan. 

Bagi yang masih muda, pelajarilah berbagai cara untuk menyiapkan dana pensiun anda (dan dana-dana lain di masa depan). Pilih metode yang paling sesuai dengan profil resiko anda, dan jangan lupa evaluasi secara berkala. 

Keuangan yang pas-pasan tetap bisa kok untuk pelan-pelan menabung dan berinvestasi. Bahkan, uang receh pun bisa untuk menabung emas dan reksadana seperti yang saya tuliskan di sini :

Tips Investasi Emas dan Reksadana dengan Uang Receh                        

Bagi yang telah menjelang masa pensiun, jangan langsung khawatir dan berpasrah. Meskipun waktunya singkat, masih ada waktu untuk evaluasi dan merencanakan langkah antisipasi supaya masa pensiun tidak semerana itu. 

Mungkin pilihannya adalah menurunkan gaya hidup, atau tetap produktif untuk mencari tambahan dana yang telah disiapkan. Meminta pertolongan profesional bisa menjadi opsi. Hanya, hati-hati terhadap jebakan investasi bodong yang banyak mengintai, hanya karena iming-iming untung cepat dan besar.

Bagi yang menjalani hidup sebagai generasi sandwich, mari tetap bersemangat dan mari bertekad bahwa kita harus bisa memutus rantai ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun