Meskipun percakapan yang digunakan bercampur dengan Bahasa Batak, masih jelas dapat dimengerti bahwa pekerjaan ini mereka tekuni selama generasi ke generasi, bahkan pandai besi yang mereka datangi merupakan generasi ke-3 dan sepertinya siap diambil alih oleh generasi ke-4 mereka.
Teringat masa saya masih anak-anak, saya beberapa kali menemani Mama mencari cangkul di Pasar Siborongborong. Saat tawar menawar, para penjual biasanya meyakinkan pembeli produk mereka asli buatan Sitampurung.Â
Saat itu, para pengguna sepertinya sangat percaya akan kualitas cangkul buatan Sitampurung tersebut. Bertahun-tahun kemudia apakah mereka masih menggunakan kata yang sama untuk menarik pembeli? Entahlah, Saya sudah tidak pernah melihat Mama membeli cangkul.
Sebenarnya kita mempunyai sentra-sentra pandai besi, dan saya yakin selain Sitampurung di Tapanuli Utara, di daerah lain juga ada dan mereka mampu memenuhi kebutuhan setempat jika saja karya mereka didukung dan dipromosikan dari dulu.Â
Barang dari impor tersebut terkadang lebih murah dibandingkan produk dalam negeri, terutama yang proses pembuatannya masih manual sekali seperti dalam video tersebut. Tetapi, ada roda ekonomi yang terganggu disaat para perajin tersebut kehilangan konsumennya.Â
Memang sudah seharusnya produk dalam negeri tersebut di dukung dan dipromosikan Bukan "baru akan dipromosikan" karena sudah ditegur oleh presiden dan menyalahkan konsumen karena memilih barang yang lebih murah hehe (2)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H