Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sitampurung, Sentra Pandai Besi di Tapanuli Utara

9 November 2019   15:01 Diperbarui: 11 November 2019   03:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pandai Besi | Sumber : warungsatekamu.org

Presiden Joko Widodo kembali dibuat marah setelah mengetahui adanya cangkul yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Walaupun otoritas yang bersangkutan berdalih bahwa impor tersebut ilegal karena yang disetujui adalah dalam bentuk bahan baku, tetapi fakta di lapangan menunjukkan adanya impor cangkul dalam bentuk jadi yang siap dipasarkan. 

Saya tidak ingin mendebat apakah informasi yang diberikan itu memang benar, tetapi boomingnya berita cangkul ini membuat saya teringat pada sebuah desa di Tapanuli Utara sana yang penduduknya terkenal sebagai pandai besi.

Desa Sitampurung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Siborongborong. Jika ingin menuju desa ini dari Bandara Silangit, waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 30 menit ke arah Dolok Sanggul (Kab. Humbang). 

Jika melewati daerah yang dipenuhi dentangan logam beradu, dan lonceng yang berjejer di depan rumah atau pinggir jalan, anda telah tiba di Desa Sitampurung.

Dentangan logam tersebut bahkan terkadang tersamar-samar terbawa angin hingga ke belakang rumah kami yang tidak begitu jauh dari jalan utama ke Kabupaten tetangga tersebut.

Tradisi menempa besi telah turun temurun di desa ini, walaupun produknya yang telah terkenal dimana-mana adalah lonceng gereja  (1).

Tetapi selain itu, penempa di desa ini terkenal juga dengan kerajinannya yang lain seperti arit, parang, garu, dan tentu saja cangkul. Lonceng buatan mereka terkenal dengan suaranya yang nyaring dan jernih.

Produk selain cangkul juga bisa ditemukan setiap hari Selasa di Pasar Siborongborong yang menjadi hari pasar utama di Kecamatan tersebut.

Sebuah video di YouTube yang diupload horastapanuliutara channel memberikan gambaran mengenai keahlian yang sudah dikuasai selama turun temurun tersebut.

Proses pembuatan yang ditunjukkan dalam video ini benar-benar sangat tradisional. Lupakan proses menempa Stormbreaker milih Thor yang memakai pemompa air dan angin dan segala kerumitannya. 

Meskipun percakapan yang digunakan bercampur dengan Bahasa Batak, masih jelas dapat dimengerti bahwa pekerjaan ini mereka tekuni selama generasi ke generasi, bahkan pandai besi yang mereka datangi merupakan generasi ke-3 dan sepertinya siap diambil alih oleh generasi ke-4 mereka.

Teringat masa saya masih anak-anak, saya beberapa kali menemani Mama mencari cangkul di Pasar Siborongborong. Saat tawar menawar, para penjual biasanya meyakinkan pembeli produk mereka asli buatan Sitampurung. 

Saat itu, para pengguna sepertinya sangat percaya akan kualitas cangkul buatan Sitampurung tersebut. Bertahun-tahun kemudia apakah mereka masih menggunakan kata yang sama untuk menarik pembeli? Entahlah, Saya sudah tidak pernah melihat Mama membeli cangkul.

Sebenarnya kita mempunyai sentra-sentra pandai besi, dan saya yakin selain Sitampurung di Tapanuli Utara, di daerah lain juga ada dan mereka mampu memenuhi kebutuhan setempat jika saja karya mereka didukung dan dipromosikan dari dulu. 

Barang dari impor tersebut terkadang lebih murah dibandingkan produk dalam negeri, terutama yang proses pembuatannya masih manual sekali seperti dalam video tersebut. Tetapi, ada roda ekonomi yang terganggu disaat para perajin tersebut kehilangan konsumennya. 

Memang sudah seharusnya produk dalam negeri tersebut di dukung dan dipromosikan Bukan "baru akan dipromosikan" karena sudah ditegur oleh presiden dan menyalahkan konsumen karena memilih barang yang lebih murah hehe (2) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun