Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

UMP Yogyakarta Vs Kemungkinan Hidup Layak di Yogyakarta

6 November 2019   23:37 Diperbarui: 7 November 2019   16:43 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Tirto.id

Persentase tersebut bisa berubah tergantung pada individu, tetapi secara awalnya saya sendiri menggunakan formula tersebut. Untuk tinggal di Sleman makan komposisinya akan menjadi

  • Kebutuhan hidup Rp1.107.600
  • Tabungan Rp369.200
  • Dana darurat Rp184.600
  • Sekunder Rp184.600

Jika menggunakan sistem komitmen seperti metode dari financial planner Prita Ghozie untuk yang bergaji UMP, 75 % digunakan untuk kebutuhan pokok sebesar Rp1.384.500, dan  25 % dana darurat dan tabungan sebesar Rp461.500

Sebagai perbandingan, standar kos putri ukuran 3 x 3 saat ini berkisar antara 500 ribu -- 800 ribu dengan fasilitas standar kamar mandi luar, dapur bersama. Bagaimana dengan standar KHL yang ada rincian dapur, perabot masak dllnya? 

Berdasarkan pengalaman pribadi mencari sendiri dan dengan bantuan jasa, kos/kontrakan yang dikategorikan paviliun untuk daerah jogja atau mungkin rumah petak jika di tempat lain (ada kamar 1-2, dapur mini, kamar mandi), harganya berkisar 10 juta -- 16 juta/ tahun. 

Dapat dibayangkan alangkah galaunya seorang pekerja yang menerima upah benar-benar setara UMK di Kabupaten Sleman. 

Jika sudah berkeluarga, tentu kos ukuran 3 x 3 sudah tidak layak lagi untuk tinggal sekeluarga. Belum lagi kebutuhan sehari-hari yang terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Untuk makanan, bagi pendatang dari luar Jogja, makanan memang relatif murah, tetapi jika harus sehari-hari hidup di sini dengan upah standar daerah, yakin kalau itu masih murah? 

Pengeluaran rata-rata saya untuk makan adalah 600 ribu rupiah sebulan  (hampir selalu masak sendiri dan bawa bekal). 

Saya yakin jumlah tersebut akan sangat kurang jika saya memutuskan untuk makan 3 kali sehari di warung (kecuali ngeburjo tiap hari). Yang baru dibandingkan baru dua komponen saja. Masih ada dana pendidikan, sandang, kesehatan, bahkan tabungan dan rekreasi. 

 Jika kebutuhan hidup aja pas-pasan banget, boro-boro punya tabungan atau investasi. Duh, miris rasanya. Kalau hanya mengandalkan gaji saja, ya benar kalau anak muda sekarang (khususnya di DIY) ngimpi doang beli rumah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun