Mohon tunggu...
Cornelius Tio Kurniawan
Cornelius Tio Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang seminaris yang sedang berjuang di tahun terakhir

Hobi : bermain musik, sepakbola, membaca, dan tidur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Childfree: Pergeseran Esensi Keluarga

24 Februari 2023   08:39 Diperbarui: 24 Februari 2023   08:55 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Untuk di Indonesia, mungkin masih belum begitu banyak orang yang memilih untuk childfree. Namun, fenomena ini sudah terjadi di negara lain. Contohnya seperti di Korea, Thailand, dan Jepang. Banyak pasangan di negara-negara tersebut memilih untuk tidak mempunyai anak. Hal ini menyebabkan angka fertilitas menurun. Mereka memilih untuk tidak mempunyai anak karena takut tidak dapat mendidik anak, kesibukan pekerjaan, dan tidak ada keinginan untuk mempunyai anak. Berdasarkan data dari Bank Dunia, di Jepang sendiri, angka fertilitas mencapai 1,34 (2020) kelahiran per perempuan, angka ini menunjukkan rendahnya kelahiran bayi. Pemerintah Jepang sudah melakukan beberapa langkah guna mendorong adanya kelahiran, sehingga tidak terjadi resesi seks. Beberapa caranya, yaitu sosialisasi mengenai pentingnya membangun keluarga, menambah layanan penitipan anak, hingga mendorong work-life balance.

            Indonesia mungkin belum begitu terpengaruh dengan fenomena ini. Memang ada beberapa artis seperti Gita Savitri, Rina Nose, dan Cinta Laura. Namun, jika hal ini terus ramai di media sosial, akan ada orang lain yang terpengaruh dan akhirnya memilih gerakan ini. Peran media sangat berpengaruh di sini.

Pilihan Bebas, katanya

Childfree merupakan suatu bentuk pilihan bebas manusia. Memang, manusia dibekali kehendak bebas. Namun, manusia juga dibekali dengan akal budi dan hati nurani. Tidak sekedar ingin cari bebas saja. Ada orang di luar sana yang ingin mempunyai anak tetapi tidak bisa, entah karena alasan biologis atau yang lainnya. Maka, kesempatan untuk mempunyai anak adalah sebuah anugerah dan hendaknya dimanfaatkan. Jika komunitas childfree anggotanya banyak, banyak yang tidak mempunyai anak, lantas generasi penerus kita siapa?

             Menurut salah satu pengamat sosial Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, childfree sebenarnya sudah ada sejak dulu di Indonesia, hanya saja karena globalisasi menyebabkan keterbukaan dalam hal informasi. Akses informasi yang kian mudah menyebabkan istilah ini kian menjamur. Akses informasi ini juga terkait masalah parenting. Adanya pandangan-pandangan dari luar mempengaruhi paradigma masyarakat soal mendidik anak. Merasa bahwa mendidik anak itu repot. 

Kesimpulan

            Fenomena childfree sudah lama ada, tetapi karena adanya akses informasi membuat fenomena ini menjadi lebih terekspos. Pengaruh globalisasi mendorong paradigma ini berkembang dan dianut oleh orang-orang. Di luar indonesia, fenomena ini sudah menyebabkan penurunan demografi di beberapa negara. hal ini menyebabkan pemerintah di negara yang terdampak mulai mencari cara untuk mendorong adanya kelahiran. Hal ini demi mendukung terjadinya work-life balance. Di Indonesia, childfree masih dianggap tabu oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan kultur masyarakat kita yang masih mendukung adanya kelahiran ketika seseorang sudah menikah. Namun begitu, fenomena ini dapat saja terjadi di negara kita, bukan dalam waktu dekat karena angka kelahiran negara Indonesia masih di atas 2. Tulisan ini hanya ingin menekankan bahwa adanya childfree menyebabkan fungsi keluarga bergeser dan fenomena ini disebabkan salah satunya karena sekularisasi.

Sumber

'Bagaimana kamu bisa berasumsi hidup saya tidak berarti karena saya tidak punya anak?' - Pengakuan para pasutri yang memutuskan 'childfree' di Indonesia                     https://www.bbc.com/indonesia/articles/cpd44eykx5eo diakses pada Kamis, 23 Februari 2023 pukul 15.00 WIB

Japan : Demographics Fertility rate https://datacommons.org/place/country/JPN?category=Demographics  diakses pada Kamis, 23 Februari 2023 pukul 15.00 WIB.

TEOLOGI KELUARGA : KAJIAN TERHADAP KEJADIAN 1-3 SEBAGAI DASAR PEMAHAMAN ESENSI KELUARGA KRISTEN Oleh: Bakhoh Jatmiko, M.Th.https://journal.sttni.ac.id/index.php/SDJT/article/download/40/33

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun