Mohon tunggu...
Cornelius Tio Kurniawan
Cornelius Tio Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang seminaris yang sedang berjuang di tahun terakhir

Hobi : bermain musik, sepakbola, membaca, dan tidur

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Multitasking: Dampak dan Cara Melawannya

12 Agustus 2022   10:49 Diperbarui: 12 Agustus 2022   11:18 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

  • Latar Belakang

Semakin mudahnya akses internet membuat orang-orang semakin mudah mengakses informasi. Zaman yang serba cepat ini mengakibatkan banyaknya informasi yang muncul di internet yang mana membawa kita kepada banyak arah. Informasi yang berlalu-lalang dengan cepat ini menimbulkan dampak bagi masyarakat luas. Apalagi adanya pandemi yang mengakibatkan internet menjadi penting bagi banyak orang. Namun, walau penting, internet juga menimbulkan dampak negatif bagi orang-orang. Contohnya adalah adanya kecenderungan multitasking.  Bekerja dengan melakukan dua atau lebih tugas dalam satu waktu. Mungkin sebagian orang merasa bahwa melakukan hal semacam itu menjadikan pekerjaan lebih cepat selesai. Namun, hal itu menjadikan kita terlihat produktif atau malah sebaliknya?

  • Multitasking : Produktif atau Tidak?

Zaman ini adalah zaman yang serba cepat. Hal ini dikarenakan teknologi yang semakin cepat secara tidak langsung mengubah keseharian kita menjadi serba cepat juga. Terkadang kita merasa harus melakukan sesuatu dengan cepat dan cermat. Dari sini, terlahirlah istilah multitasking. Dengan melakukan banyak tugas dalam satu waktu membuat fokus otak kita terpecah. Sebuah studi yang dilakukan oleh salah satu peneliti dari University of Copenhagen, Denmark menunjukkan bahwa berpindah dari satu layar ke layar yang lain membuat otak menyimpan informasi lebih sedikit. Otak kita tidak dirancang untuk melakukan dua hal atau lebih dalam satu waktu. Menurut David Strayer, ketua peneliti University of Utah, hanya ada dua persen dari total populasi yang dapat melakukan aktivitas multitasking. Sisanya tidak. 

Komputer dan gawai yang kita gunakan mungkin memang dirancang untuk dapat melakukan banyak hal sekaligus, seperti membuka aplikasi percakapan sambil memutar musik. Wajar karena teknologi diciptakan untuk membantu kita. Hal seperti diatas terjadi dimana-mana. Dilansir dari BBC, menurut Dr. Christine Carter, direktur eksekutif Greater Good Science Center di University of California, Berkeley, ketika kita melakukan dua hal dalam satu waktu, kita merasa sibuk dan produktif. Padahal nyatanya, bagi otak kita, kita hanya maju mundur mengerjakan tugas-tugas tersebut. Jika dilakukan terus-menerus, otak kita menjadi mudah lelah dan mungkin puncaknya kita dapat mengalami stres dan depresi. 

Multitasking juga dapat menurunkan IQ kita. Dilansir dari hellosehat, dalam penelitian yang dilakukan di University of London, Inggris, para responden yang dites mengalami penurunan IQ yang mirip dengan efek begadang. Melakukan kegiatan seperti multitasking juga dapat membuat kita melewatkan momen-momen yang kita lakukan. Ketika kita fokus dalam satu hal, otak akan menyerap dan menyimpannya ke bagian yang bernama hippocampus, sehingga mudah dipanggil kembali. Sementara ketika kita melakukan banyak hal sekaligus, informasi yang ada tidak dapat diproses dengan cepat. Malahan, otak malah mengirimkan informasi itu ke bagian yang bernama striatum, yang bertugas merencanakan aktivitas gerak dan motivasi. Hal ini menyebabkan otak menyimpan informasi di tempat yang salah. Kesalahan itu dapat menimbulkan gangguan memori jangka pendek bagi otak. Kita akan kehilangan detail dari pekerjaan yang kita lakukan. 

 

  • Flow lawan dari multitasking

Konsep ini dipopulerkan oleh salah seorang psikolog yang bernama Mihaly Csikszentmihalyi. Dasar dari konsep ini dari apa yang dipercaya oleh abraham Maslow bahwa pengalaman puncak dapat dicapai dalam kehidupan sehari-hari. 

Konsep flow menjelaskan bahwa manusia dapat mencapai pengalaman puncak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Caranya adalah dengan memberikan perhatian pada masa kini. Hal ini kita rasakan ketika kita melakukan sesuatu dan merasa bahwa waktu berjalan cepat saat kita melakukannya. Contoh ketika sedang membaca buku, kita merasa bahwa kita baru membaca buku 10 menit padahal sudah satu jam berlalu. Saking fokusnya pada apa yang sedang kita lakukan sehingga membuat kita tidak tahu sudah berapa lama waktu yang kita habiskan. Inilah yang membuat setiap pekerjaan yang dilakukan terasa menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun