Mohon tunggu...
Cornelius Lilik
Cornelius Lilik Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - bocil

gg geming kata ilham

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Manusia dan Takut dalam Revolusi

1 Oktober 2021   19:20 Diperbarui: 1 Oktober 2021   19:37 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://mojokstore.com/product/jalan-tak-ada-ujung/

Dalam salah satu mimpinya, ia berjalan di sebuah jalan yang panjang. Di belakang dirinya, nampak sosok Fatimah dan Hazil yang sedang naik truk, melewati Guru Isa tanpa memperhatikan dirinya. 

Kini ia sadar, bahwa segalanya yang telah ia lakukan dan tekuni tidak akan ada ujungnya. Jalan yang tidak ada ujungnya. Ia juga sering terbangun oleh suara-suara yang ia kira suara para polisi Belanda yang hendak menangkap dirinya. Padahal, suara tersebut hanyalah suara pepohonan dan orang-orang yang lewat di depan rumahnya.

Satu tahun telah berlalu, kondisi Guru Isa terus memburuk. Dirinya yang awalnya sehat, kini menjadi sakit-sakitan karena rasa takutnya yang terus mengocok-ocok pikirannya. Ia sering tidak masuk bekerja, hanya beristirahat di ranjangnya. 

Terkapar tak berdaya, hanya bisa memandang istrinya yang tak lagi dipenuhi rasa cinta. Ketika Guru Isa memandang istrinya, ia hanya melihatnya sebagai orang asing yang tak ia kenal lagi. Beruntung, Hazil masih datang untuk berkunjung menjenguknya. Fatimah yang melihat Hazil sebagai seorang yang masih muda, kuat, dan penuh dengan api semangat, mulai memalingkan pandangannya. Apa daya, suaminya kini tidak lagi seperti dirinya di masa muda. 

Melihat Guru Isa yang tidak berdaya, Hazil dan Fatimah bermain di belakang dirinya. Ketika Guru Isa berangkat kerja, Hazil datang ke rumah Guru Isa untuk menemui Fatimah. Perselingkuhan ini terjadi cukup lama, hingga akhirnya Guru Isa tersadar.

Saat Hazil hendak pergi untuk beberapa saat, ia menemukan pipa yang biasa Hazil bawa di bawah bantal tidurnya. Seketika pikirannya lari ke mana-mana. Ketakutan yang awalnya ada pada benaknya saja kini hadir dalam keluarganya. Kehancuran pernikahan mereka. Fatimah tidak ada di rumah kala itu, Guru Isa langsung menyembunyikan pipa itu ke dalam lacinya dan menguncinya.

Ia tidak dapat menghadapi hal ini. Ia tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Dirinya tetap memikirkan hal-hal yang positif, tetapi di dalam hatinya ia tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. 

Hazil ketika kembali ke rumah Guru Isa, langsung mencari-cari pipa tersebut. Fatimah mengatakan dirinya tidak menemukan pipa yang dimaksud. Tanpa mereka berdua sangka, Guru Isa sudah mengetahui perbuatan mereka di belakang dirinya.

Hazil, yang masih terus berjuang dalam organisasi bawah tanahnya, kini mulai sadar bahwa perlawanan tidak berbuah hasil. Akhirnya ia merencanakan misi terakhir, di mana dirinya beserta kawannya, Rakhmat, akan melemparkan granat tangan ke depan teater tempat para prajurit-prajurit Belanda menghibur diri mereka. Guru Isa awalnya enggan ikut, tetapi akhirnya terpaksa hadir karena harus mengawasi hasil dari misi mereka dan melaporkannya kepada organisasi. Semua berjalan dengan lancar dan mereka bertiga berpencar. 

Misi ini berhasil melukai sejumlah prajurit Belanda dan mengakhiri hidup dua prajurit Belanda. Cukup untuk membangkitkan semangat mereka. Namun, di samping itu, lagi-lagi Guru Isa dilanda rasa takut. Takut dirinya akan ditangkap. Saat hendak tidur setelah mengawasi misi tersebut, ia mendengar anaknya, Salim, menangis di tempat tidur. Katanya, Salim takut tidur dalam kegelapan. Ia sontak kaget dan tersadar. Selama ini, bukan dirinya saja yang merasa takut. Semua orang memilikinya.

Tak lama setelah pengeboman tersebut, polisi datang ke rumahnya. Mereka hendak membawa Guru Isa untuk ditanya-tanyai seputar pengeboman waktu itu. Ketakutan yang ia rasakan selama ini akhirnya datang. Di kantor polisi, akhirnya Guru Isa dipertemukan dengan Hazil yang sudah babak belur. Ternyata, Hazil berhasil tertangkap dan segala informasi berhasil diperoleh dari dirinya. Hazil yang dulu pemberani, sekarang merasa takut. Takut akan siksaan dan rasa bersalah setelah mengkhianati Guru Isa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun