Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, memiliki sifat terbarukan, dan mampu menggantikan bahan bakar fosil. Dengan meningkatnya kebutuhan energi global dan isu lingkungan seperti emisi gas rumah kaca, biodiesel menjadi solusi penting dalam diversifikasi energi. Biodiesel diproduksi melalui proses transesterifikasi, menghasilkan ester metil asam lemak (FAME) yang memiliki sifat unik dibandingkan dengan bahan bakar diesel konvensional. Untuk memastikan kinerja yang optimal, biodiesel harus memenuhi spesifikasi tertentu yang ditetapkan oleh standar internasional seperti ASTM D6751 dan EN 14214.
Komposisi Biodiesel
Komponen utama biodiesel adalah ester metil asam lemak (FAME), yang dihasilkan dari trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani. Komposisi biodiesel bergantung pada sumber bahan baku, seperti:
- Minyak Nabati: Minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak kanola, minyak jarak.
- Lemak Hewani: Lemak sapi, lemak babi, dan lemak ayam.
- Minyak Limbah: Minyak jelantah dari rumah tangga atau industry.
Setiap bahan baku memiliki proposrsi asam lemak jenuh dan tak jenuh yang berbeda, yang mempengaruhi sifat fisikokimia biodiesel, seperti viskositas, titik nyala, dan stabilitas oksidasi.
Sifat Fisikokimia Biodiesel
- Densitas dan Viskositas
Biodiesel memiliki densitas sekitar 0,86--0,90 g/cm dan viskositas 3,5--5,0 cSt pada 40C. Viskositas yang lebih tinggi dibandingkan diesel konvensional memengaruhi pola penyemprotan bahan bakar, tetapi tetap dalam batas yang dapat diterima untuk aplikasi mesin.
Titik nyala biodiesel berada di atas 100C, lebih tinggi dari diesel fosil, sehingga lebih aman dalam penyimpanan dan transportasi.
Nilai Kalor
Nilai kalor biodiesel (37--41 MJ/kg) lebih rendah dibandingkan diesel fosil (42--46 MJ/kg), namun cukup untuk memenuhi kebutuhan energi mesin diesel.
Stabilitas Oksidasi
Asam lemak tak jenuh dalam biodiesel rentan terhadap oksidasi, yang dapat menghasilkan peroksida dan senyawa asam yang merusak sistem bahan bakar. Penambahan antioksidan sering digunakan untuk meningkatkan stabilitas.
Biodegradabilitas
Biodiesel lebih mudah terdegradasi secara biologis dibandingkan diesel fosil, sehingga dampak lingkungannya lebih rendah jika terjadi tumpahan.
Spesifikasi Biodiesel
Spesifikasi biodiesel diatur oleh standar seperti ASTM D6751 (Amerika) dan EN 14214 (Eropa) untuk memastikan kualitas dan kompatibilitasnya. Beberapa parameter utama adalah:
- Kandungan ester: Minimum 96,5% (EN 14214).
- Kandungan sulfur: Maksimal 10 ppm (EN 14214) dan 15 ppm (ASTM D6751), untuk mengurangi emisi sulfur oksida.
- Stabilitas oksidasi: Minimum 6 jam (EN 14214).
- Kadar air: Maksimal 500 ppm (EN 14214) dan 0,05% berat (ASTM D6751).
Standar ini memastikan biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar murni (B100) atau campuran dengan diesel fosil (B20, B10) tanpa merusak mesin atau meningkatkan emisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H