Terakhir, identifikasi penentu genomik yang terkait dengan radioresistensi juga akan sangat berharga dalam mendukung eksplorasi dan kolonisasi ruang angkasa di masa depan. Mengingat bahwa pasokan ulang sumber daya untuk misi luar angkasa sangat terbatas, pengembangan kultur tumbuhan dalam lingkungan dengan tingkat radiasi tinggi (yaitu, di luar Bumi) akan diperlukan. Organisme fotoautotrofik dapat menjadi sumber nutrisi dan oksigen di ruang angkasa. Namun, penting untuk memahami dampak jangka panjang dari radiasi pengion terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme tumbuhan, karena faktor-faktor ini akan memengaruhi keberlangsungan budidaya spesies tumbuhan di luar angkasa.
Dari perspektif manusia, radiasi pengion (IR) sering dianggap sebagai masalah sebab-akibat jangka pendek yang sederhana. Namun, IR sebenarnya memiliki interaksi yang rumit dengan biota nonmanusia. Pelepasan radionuklida buatan manusia ke lingkungan (seperti dari energi nuklir, kedokteran, industri, dan senjata) dapat mengubah ekosistem secara permanen. Sayangnya, pemahaman tentang dampak dan konsekuensi iradiasi kronis pada skala ekologi masih sangat terbatas. Keterbatasan pengetahuan ini disebabkan oleh tiga faktor utama yang mencerminkan kompleksitas dalam bidang radioproteksi: 1) radiosensitivitas yang spesifik pada setiap spesies; 2) biota nonmanusia tidak dapat dipindahkan jika terjadi kontaminasi radioaktif; dan 3) integritas ekosistem yang terkena dampak bergantung pada interaksi semua spesies di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H