Tuntutan kecepatan tidak jarang menimbulkan kelalaian dalam pengumpulan data dan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. Imbasnya adalah kualitas berita yang berkurang. Steven Gan selaku pemimpin redaksi portal berita Malaysiakini.com nyatanya juga melihat kondisi media yang saat ini hanya fokus untuk berlomba-lomba menyiarkan informasi.
Dari situ, salah satu tantangan bagi jurnalisme masa depan adalah tetap memenuhi tuntutan kecepatan mengingat informasi sudah menjadi kebutuhan masyarakat di era digital, dengan tetap memperhatikan kualitas berita agar tetap baik. Walau harus menyajikan berita dengan cepat, stilah check, re-check, double check harus diperhatikan.
-Mempertahankan akurasi informasi
Berkaitan dengan tantangan mengenai kecepatan, tidak sedikit audiens yang kritis kerap mempertanyakan akurasi berita yang disajikan media online. Asep Setiawan menyatakan bahwa dengan memberikat berita yang berkualitas baik, maka publik tidak akan beralih ke media sosial sebagai sumber pencarian informasi.
Cakupan informasi yang semakin luas menjadi tantangan bagi para jurnalis untuk mencari celah informasi dari berbagai peristiwa. Tidak jarang jurnalis memanfaatkan media sosial sebagai sumber pencarian data utama.
Prinsip keberimbangan, kehati-hatian, dan keakurasian belakangan ini sering dinaifkan dalam praktik jurnalisme. Hal ini dilakukan untuk mengejar aktualitas berita, hingga sejumlah media akhirnya mengesampingkan verifikasi untuk menyajikan berita secara instan.
Jika kasus-kasus mengenai keakuratan berita terus terjadi, publik dapat memberikan penilaian negatif dan memilih untuk mencari informasi dari media sosial seperti yang sebelumnya diungkapkan oleh Asep Setiawan.
Hal ini dikarenakan saat ini masyarakay bahkan seolah setara dengan jurnalis. Mereka dapat menuliskan informasi layaknya jurnalis. Maka dari itu, muncul istilah citizen journalism.
Beberapa media di Indonesia bahkan pada akhirnya membuat media masyarakat atau citizen media, sebut saja di antaranya kompasiana.com, citizennews.suaramerdeka.com, pasangmata.detik.com, dan lainnya. Walau begitu, pemimpin redaksi Detik, Budiono Dharsono mengaku masih khawatir keberadaan citizen journalism dapat menurunkan kredibilitas portal Detik karena permasalahan hukum dan pemahaman akan Kode Etik Jurnalistik.
Meskipun, pandangan Budiono dianggagap sebagai sikap jurnalis yang tertutup, namun hal ini dapat menjadi celah bagi para jurnalis untuk mempertahankan kepercayaan publik hingga di masa-masa yang akan datang.