Era konvergensi membawa banyak perubahan khususnya dalam dunia jurnalistik. Zaman yang kini telah berubah ke arah digitalisasi membuat para jurnalis harus dapat memberikan informasi yang tidak hanya berupa tulisan melainkan audio dan visual, atau dikenal dengan istilah multimedia.
Jurnalisme multimedia menjadi julukan yang tepat dalam menanggapi perubahan tersebut. Namun, sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai jurnalisme multimedia, kamu perlu mengenal terlebih dahulu arti dari multimedia.
Multimedia berasal dari dua kata yaitu multi yang berarti lebih dari satu dan media. Sehingga multimedia diartikan sebagai penggabungan lebih dari satu media. Media-media yang dimaksud dapat berupa gabungan tulisan, grafik, suara, animasi, foto, dan video.
Setelah mengerti istilah multimedia sendiri, kini saatnya penelusuran mengenai jurnalisme multimedia dimulai.
Yuk, simak pembahasannya!
Lahirnya Jurnalisme Multimedia tidak lepas dari Jurnalisme Online
Dalam buku karya Yohanes Widodo (2020) berjudul 'Buku Ajar Jurnalisme Multimedia' dituliskan bahwa awal mula keberadaan multimedia dipelopori oleh munculnya mesin cetak di abad ke-18. Selanjutnya disusul oleh radio yang muncul pada tahun 1920-an. Hingga akhirnya pada tahun 1969 semakin dilengkapi dengan lahirnya Advanced Research Project Agency Network (ARPANET) yang merupakan cikal bakal dari internet.
Tak lupa, Ted Nelson yang merupakan pencetus konsep hypertext pada tahun 1963 juga mempunyai peran penting dalam jurnalisme multimedia, di mana salah satu karakteristik jurnalisme multimedia dalah hyperlink.
Hingga pada tahun 1993, diluncurkan situs jurnalis pertama di University of Florida. Di tahun 1994-1997, banyak konten yang sudah di posting di internet, hal ini beriringan dengan pengguna internet yang semakin banyak.
Salah satu peristiwa besar di Amerika Serikat pada 19 Januaei 1998 yakni ketika Mark Drugde memberitakan perselingkuhan Presiden Bill Clinton dengan Monica Lewinsky menjadi awal bagijurnalisme online. Dengan bermodalkan laptop dan modem, Drugde menyebarkan berita tersebut kepada khalayak.
Jurnalisme online berkembang pesat hingga memunculkan pro dan kontra di tengah para jurnalis. Hal ini dikarenakan siapapun yang dapat bercerita melalui jurnalisme online tanpa harus mempunyai keterampilan jurnalistik.
Akhirnya, pada pertengahan dekade 1990-an The Annenberg Washington Program in Communication Policy Studies of Northwestern University berhasil membuat proyek "Perubahan Media Berita" yang mengubah jurnalisme menuju penggunaan multimedia. Sejak itulah muncul gabungan media Layanan Digital Inc dari Washington Post, beserta gabungan antara televisi dan komputer oleh CNN Headline News.
Pengertian Jurnalisme Multimedia
Mark Deuze dalam jurnalnya yang berjudul 'What is Multimedia Journalism?' mendefinisikan jurnalisme multimedia secara pragmatais. Pengertian multimedia di dalam jurnalistik bisa diartikan sebagai:
-Penyajian paket berita dalam sebuah website dengan mempergunakan minimal dua format media seperti gambar diam dan gambar bergerak, kata lisan dan tulisan, animasi grafis, interaktif, dan hypertecxt
-Penyajian paket berita yang disatukan melalui media yang berbeda seperti email, SMS, MMS, website, televisi, teleteks, radio, newsgroup, surat kabar, dan majalah.
Dua definisi tersebut perlu dipahami sebagai "titik akhir" tepat sebelum adanya konvergensi, hingga saat ini telah berada dalam tahap konvergensi penuh.
Pemahaman tersebut memunculkan istilah 'kontinum konvergensi' yang berarti cepat atau lambat seluruh organisasi media akan bergerak menuju tahap integrasi dari bagian-bagian yang berbeda dalam proses pembuatan berita, yang di dalamnya memuat audio, video, teks, grafik, gambar, interaktivitas, dan lain sebagainya.
Dalam jurnal Deuze, konvergensi secara umum dari adanya kerja sama dan kolaborasi antara ruang redaksi media konvensional dengan perusahaan media modern. Contohnya yaitu berita yang dipublikasi bisa dimunculkan seluruh web.
Penerbitan berita multimedia kerap kali dimulai melalui situs web bersama, yang kemudian mulai merambah ke hal lain seperti adanya promosi antar proyek, penjualan iklan antar media, dan kumpulan berita-berita lain. Hanya saja masalah seperti profitabilitas, akses media, kegunaan, dan hak cipta masih kerap menjadi masalah dalam jurnalisme multimedia.
Contoh Jurnalisme Multimedia
-Standup, di sini jurnalis dari media cetak yang menyajikan aspek-aspek berita untuk ditayangkan di televisi milik mitra perusahaan.
-Tayangan slide gambar yang dibuat oleh para jurnalis foto untuk web surat kabar perusahaan media.
-Rangkuman berita yang dituliskan media cetak, media penyiaran, dan media online yang akan disebarkan melalui saluran distribusi seperti e-mail, SMS, dan media sosial.
-Proyek bersama dari operasi media yang berbada dalam pengumpulan, pengeditan, dan penyajian berita ke berbagai format.
-Ruang berita multimedia yang sudah dalam integrasi penuh. Pekerja berita dari media cetak, media penyiaran, dan media online, bersama-sama mengumpulkan informasi dan merencanakan pembagian cerita ke setiap format untuk didistribusikan di semua media.
Mengapa Jurnalisme Multimedia penting?
Di tengah era digital ini, ada beberapa tren dalam membaca berita yang dilakukan orang-orang. Sebagai jurnalis, perlu menyesuaikan kebiasaan-kebiasaan baru dari masyarakat. Lalu, apa saja tren tersebut?
-Membaca: di era ini orang lebih sedikit membaca berita di media cetak, namun lebih senang membaca berita online, terutama jika topik yang ditawarkan menarik perhatian. Maka dari itu butuh pemahaman khusus dalam penulisan berita online, sebab kebiasaan dan harapan orang semenjak muncul media online telah berubah dari pembacaan media cetak.
-Menonton: Mitchell Stephen pernah mengatakan bahwa yang kita saksikan di media kontemporer merupakan kebangkitan citra dan kejatuhan kata. Bukan berarti orang-orang tidak lagi membaca buku dan hanya menonton televisi, namun cara pandang terhadap dunia sekitar kini semakin dihubungkan oleh manipulasi dan pengeditan video maupun gambar dengan kecepatan yang tinggi.
-Mendengarkan: pada tahun 2002 dilakukan survey terhadap lebih dari 7800 orang dewasa di Amerika Serikat. Hasil survey mengemukakan bahwa orang menggunakan berbagai media secara bersamaan. Di era digital ini, orang masih mendengarkan radio, hanya saja sering dilakukan secara online lewat stasiun radio yang dapat diakses melalui internet, mereka mendengarkan sembari melakukan tugas lainnya.
-Multitasking: "Multitasker" adalah julukan yang tepat bagi para pengguna kontemporer. Hal itu dikarenakan banyak orang yang memilih mengkonsumsi informasi dari media berbeda secara bersamaan. Contohnya saat kamu menonton televisi dengan mode suara hening sambil bercakap-cakap dengan temanmu di telefon, sembari membaca tulisan berjalan yang ada di televisi.
Nah, itu tadi beberapa hal yang bisa saya bagikan mengenai pentingnya jurnalisme multimedia. Semoga bermanfaat bagi kamu para calon jurnalis di masa depan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H