Ketika Carter mulai memandang rendah dan tidak yakin, Philip berupaya lagi untuk mengenalkan Dell. Belum selesai memperkenalkan, Dell sudah memotong pembicaraan dan memperkenalkan bahwa ia 'Blackman', bahkan ia mengaku bernama Daekwandashay Blackman.
Tanpa rasa ragu dan malu, Dell dengan bangga mengatakan bahwa ia seorang kulit hitam. Carter yang sangat hormat pada Philip memperlihatkan perilaku yang begitu kontras ketika berhadapan dengan Dell.
Adegan ini penuh dengan makna tersirat. Sebuah tamparan keras bagi siapapun yang hidup di dunia modern ini namun masih belum bisa menerima perbedaan ras. Saya pun hingga saat ini masih mempertanyakan, apa yang salah dengan perbedaan warna kulit? Bukankah kita tetap sama-sama manusia yang ber-akal dan budi?
Saya rasa hingga saat ini belum ada jawaban yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Persahabatan Philip dan Dell yang mulanya berawal dari profesi 'pembantu' dan 'majikan' memperlihatkan adanya low power distance. Sepanjang film, kedekatan kedua tokoh yang begitu menggemaskan membuat hubungan pembantu-atasan seakan hilang dan berubah menjadi hubungan antar teman yang saling membantu.
Film The Upset mengajarkan kita untuk dapat menerima perbedaan baik dari segi sosial maupun budaya. Film ini juga berusaha mematahkan stereotip, prasangka, dan rasisme yang masih ditemui dalam kehidupan bermasyarakat.
Persahabatan Dell dan Philip mengajarkan bahwa hidup akan semakin indah, bila kita dapat berdiri dan berdampingan dengan apa itu yang disebut dengan 'Perbedaan'.
Referensi:
Samovar, L. A., Porter, R. E., Stefani, L. A., & Sidabalok, I. M. (2010). Komunikasi lintas budaya. Salemba Humanika.