Mohon tunggu...
Cornelia MariaRadita
Cornelia MariaRadita Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Mahasiswa

Selamat Membaca! :)

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Upside", Hancurkan Sekat Perbedaan dengan Tulusnya Persahabatan

14 Oktober 2020   01:54 Diperbarui: 14 Oktober 2020   03:16 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan ini, ketika menghadapi perbedaan kita akan menemui berbagai hambatan. Sama halnya pada film The Upside, di samping konflik internal persahabatan Dell dan Philip, persoalan lain yang menjadi sorotan dalam film ini adalah hambatan dalam komunikasi antar budaya seperti Stereotip, Prasangka, dan Rasisme.

Seperti apa ketiga hambatan tersebut dalam The Upside? Yuk simak pembahasan berikut!

-Stereotip Si Kaya dan Si Miskin
Mungkin kalian pernah mendengar adanya stereotip yang menyatakan bahwa orang dari kalangan atas akan menyukai musik jazz, klasik, dan blues. Sedangkan mereka yang berada di kalangan bawah menyukai musik pop, rock, hingga hiphop. Hal tersebut diperlihatkan secara gamblang pada beberapa adegan dalam film.

source:tangkapan layar dari channel Rahmat hidayat/youtube.com
source:tangkapan layar dari channel Rahmat hidayat/youtube.com
Philip sebagai orang 'berada' diceritakan pada film sangat menyukai musik klasik, bahkan hampir sepanjang film didominasi oleh musik-musik klasik yang diputar oleh Philip. Sedangkan Dell yang mendengar selalu mengomel, dan bercerita bahwa ia menyukai Queen yang merupakan group band aliran pop dan rock.

Dalam adegan lain, Dell menjelaskan bahwa ia muak mendengar musik klasik karena saat di penjara beberapa kali ditayangkan pertunjukkan opera (drama musik klasik), namun ia tidak pernah mendapat kesempatan untuk menonton.

Pertunjukkan konser musik klasik yang rata-rata dihadiri oleh orang berada dengan tampilan elegan, membuat Dell yang saat itu menemani Philip terlihat sangat kontras mulai dari segi penampilan dan perilaku. Dell cenderung tidak dapat menikmati pertunjukkan dan melakukan tindakan heboh layaknya penonton konser musik pop.

Walau begitu pada akhirnya Dell tetap dapat menikmati pertunjukkan. Pada adegan ini Philip terlihat begitu senang ketika sahabatnya akhirnya bisa menonton dan menikmati pertunjukan opera.

Selain musik, ada pula stereotip mengenai 'kaya namun tidak bahagia' dan 'miskin yang bahagia' turut ditampilkan di sini. Salah satu pernyataan paling menonjol dilontarkan oleh Pengurus Eksekutif Perusahaan Philip yang bernama Yvonne.

"Meskipun Philip sangat berkuasa, dia adalah pria rapuh"

Di samping Philip yang lumpuh, ia mengalami masa-masa sulit yang tidak dapat diganti dengan uang. Istri yang begitu dicintai harus meninggalkan Philip selamanya, sehingga dalam menjalankan berbagai pekerjaan dengan keadaan fisik yang tidak mendukung membuat Philip semakin depresi sebab tidak ada penyemangat dalam hidupnya.

Dalam film, Dell memang terlihat lebih bisa menjadi diri sendiri. Pribadi yang apa adanya, mebuat dirinya seakan hidup dengan sangat bahagia walau tidak berkelimpahan harta. Namun, nyatanya stereotip 'miskin namun bahagia' tidak sepenuhnya benar. Walau terlihat bahagia, Dell menjalani kehidupan yang rumit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun