"Saya selalu berpikir bahwa Pilatus memang tidak bersalah. Contohnya; Seorang Tuan Rumah akan segera mencari ayam di rumah yang paling gampang ditangkap, disembelih, dimasak, dan kemudian disajikan ke tamu. Ini terasa lebih realistis daripada harus berburu ayam terlebih dahulu di hutan atau ayam yang diliarkan."
Analogi ini pernah diceritakan oleh Bapak Ikun Paulus Taek (Tentang Mengapa Orang Baik Lebih Cepat Pergi). Menurut Saya, Demikianlah seorang nabi. Dia harus pergi agar dia tetap dihormati di mana-mana kecuali di daerah asalnya.
Kok Pilatus Menghukum Orang Yang Tidak Bersalah?
Pilatus adalah orang yang paling berkuasa dalam menghukum mati orang yang bersalah, termasuk Yesus. Berdasarkan aneka tuduhan, Yesus telah menyesatkan orang banyak, menentang pembayaran pajak kepada kaisar, dan mengakui diri sebagai raja. Namun Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun terhadap Yesus.Â
Begitulah yang sebenarnya terjadi. Mungkin Pilatus sebenarnya tahu bahwa Yesus adalah Sang Penebus (dalam Bahasa Italia Salvatore atau Redeemer dalam Bahasa Inggris). Biji sesawi memang harus mati agar bisa bisa menghasilkan buah yang berlimpah.
Pemimpin memang harus mendengarkan suara rakyat. Pengecualian Yesus adalah Sang Penebus adalah urusan Kerajaan Allah. Pemerintahan Pontius Pilatus tidak mempedulikan itu.
Memang dilema pengambilan kebijakan selalu menuntut kekuatan mendengarkan suara hati nurani dan akal sehat. Dan juga saran seorang Perempuan. Di tengah penghakiman Yesus, Pilatus mendengarkan istrinya. Terkadang saran perempuan harus didengarkan juga dalam situasi sulit.
Terlepas dari tuduhan itu benar atau tidak benar, namun hanya karena hukuman aneh Pilatus itu, Kita dapat mengenang Kisah Sengsara Yesus, Memuliakan Kebangkitan Yesus, dan Menantikan Kedatangan Kembalinya Yesus Sebagai Raja Bagi Orang Berdosa.
Saya Pikir, Pilatus adalah contoh Pemimpin yang Memberikan Nestapa kepada Sahabat demi Penebusan.
Corma-16Hulk (Jogja, 10042020