Mohon tunggu...
Corinna Ivana Jessica
Corinna Ivana Jessica Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswi

seorang mahasiswi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Wilhelm Dilthey Dalam Menyikapi Tantangan Zaman Kini

8 Januari 2025   14:47 Diperbarui: 8 Januari 2025   14:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wilhelm Dilthey (Sumber: https://uruguayeduca.anep.edu)

Pandemi global seperti COVID-19 menunjukkan bahwa situasi modern membutuhkan pemahaman yang lebih sensitif terhadap pengalaman subjektif manusia. Dilthey menekankan pentingnya interpretasi terhadap perasaan dan emosi individu dalam konteks sejarah hidup mereka. Dalam situasi pandemi, pemikiran Dilthey mengajak kita untuk lebih empatik terhadap pengalaman individu dalam menghadapi ketakutan, kecemasan, dan ketidakpastian, serta untuk menghargai pengalaman-pengalaman subjektif tersebut dalam merespons tantangan besar ini.

  • Kesulitan dalam Memahami Kemajuan Teknologi secara Kritis

    Dilthey mungkin akan mengkritik bagaimana teknologi dan modernitas sering dipandang secara positif tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan manusia secara lebih holistik. Saat ini, kemajuan teknologi sering kali dihadirkan sebagai solusi untuk banyak masalah, namun Dilthey akan memperingatkan bahwa kita harus lebih kritis dalam memahami bagaimana teknologi mempengaruhi pengalaman manusia secara keseluruhan. Apakah teknologi menghubungkan kita secara lebih mendalam dengan diri kita dan masyarakat, atau malah mengisolasi kita dalam dunia yang lebih mekanis dan terpisah dari makna hidup yang lebih mendalam?

  • Pentingnya Pengalaman Pribadi dalam Pendidikan dan Pembelajaran

    Dilthey menganggap pendidikan sebagai proses yang melibatkan pemahaman dan interpretasi pengalaman pribadi. Dalam konteks pendidikan modern, di mana teknologi sering menggantikan interaksi manusia dan pembelajaran menjadi semakin tersentralisasi pada informasi dan keterampilan teknis, Dilthey mungkin akan menyarankan kita untuk kembali menekankan pentingnya pendidikan yang mempromosikan pemahaman pribadi dan refleksi. Pendidikan harus menumbuhkan kesadaran sejarah individu dan memperkenalkan pengalaman yang lebih luas, agar generasi muda tidak hanya terfokus pada pencapaian praktis, tetapi juga mampu mengintegrasikan nilai-nilai dan pengalaman kehidupan yang lebih dalam.

  • Analisa Teknis Pemikiran Dilthey

    Covid-19 (Sumber: djkn.kemenkeu.go.id)
    Covid-19 (Sumber: djkn.kemenkeu.go.id)
    Secara teknis, penerapan pemikiran Dilthey dalam situasi modern dapat dilihat dalam cara kita menghadapi permasalahan sosial dan psikologis. Dalam konteks pandemi COVID-19, misalnya, pemahaman terhadap perasaan dan pengalaman individu yang terisolasi atau tertekan menjadi sangat penting. Pandemi bukan hanya masalah fisik, tetapi juga masalah emosional dan psikologis yang memengaruhi kehidupan manusia secara subjektif. Begitu juga dengan perkembangan teknologi, yang sering dianggap sebagai solusi untuk masalah, namun bisa menimbulkan alienasi jika tidak dilihat dari perspektif pengalaman manusia. Dalam pendidikan, Dilthey akan menekankan perlunya memahami sejarah hidup individu untuk menciptakan pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna, bukan hanya berbasis pada keterampilan teknis.

    Penutup

    Pandangan(Sumber: Google.com)
    Pandangan(Sumber: Google.com)
    Secara keseluruhan, pemikiran Wilhelm Dilthey memberikan cara pandang yang lebih holistik dan manusiawi dalam menghadapi tantangan kehidupan modern. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, penting untuk mempertimbangkan pengalaman subjektif dan konteks sejarah dalam memahami berbagai fenomena sosial dan individu. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan respons yang lebih empatik dan relevan terhadap isu-isu yang muncul, serta menciptakan solusi yang tidak hanya praktis, tetapi juga bermakna bagi kehidupan manusia secara keseluruhan.

    Dilthey, Wilhelm. Introduction to the Human Sciences. Translated by Rudolf A. Makkreel and Frithjof Rodi, Princeton University Press, 1989. 

    Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun