Namun sayang, kedekatan mereka justru tidak diterima. Saat Niskala dan Pram sedang berkencan di kafe dan bernyanyi berdua, tiba-tiba kedua orang tua Niskala hadir di situ juga. Ayahnya Niskala marah besar saat ia tahu Niskala bergaul dengan orang lain, ia makin khawatir suatu yang lebih besar terjadi sebagaimana saat Niskala di sekolah dulu. Padahal, bagi Niskala kehadiran Pram dalam hidupnya membuat ia bahagia dan bukan antidepresan.
Baca:Â Kain Tradisional, Konde, Hingga Sampurasun Menggema di Panggung Internasional
Sikap Ayah Niskala yang terlalu agresif membuat Niskala marah dan kabur untuk bunuh diri. Ia merasa tidak ada harapan lagi untuk hidup, karena tidak ada yang mengerti dengan hidup yang ia inginkan, apalagi perlakukan sang ayah yang membuatnya malu di tengah ramainya pengunjung kafe.
Dari film ini kita belajar, bahwa mereka yang mengalami gangguan mental bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan berlebihan. Apalagi seperti yang dilakukan oleh Ayahnya Niskala, mengurung dan memberi batas ruang gerak bagi dirinya. Mereka tidak harus dipenjarakan oleh batas-batas.Â
Kehati-hatian itu memang harus, tapi bukan mematikan harapan, impian, dan masa depan orangnya. Mereka punya hak atas dunianya dan kebebasan. Justru, apabila mereka disekat oleh batas-batas, hal itu menurutku akan memperparah kondisi jiwa mereka.
Aku suka dengan karakter Ibu Niskala yang masih memberikan kebebasan kepada Niskala untuk bergaul dan menikmati dunianya sebagaimana orang pada umumnya, rasa sayang yang ia tunjukkan benar-benar menunjukkan kepedulian, bukan memadamkan impian sebagaimana dilakukan Ayahnya Niskala.
Film Ku Kira Kau Rumah menegaskan bahwasanya mereka yang mengalami depresi, broken home, atau sejenisnya, mereka butuh panggung untuk mengekpresikan diri, butuh rangkulan dari orang-orang yang mengerti dengan situasinya, bukan rangkulan dari orang yang 'mencintai dan menyayangi' tapi justru mematahkan semangat.
Kita hanya mengurangi sedikit lingkup kebebasan bagi mereka di samping pengobatan bagi jiwa mereka yang sakit, bukan menghilangkan ruang ekspresi bagi mereka, apalagi memberi sekat batas-batas bagi mereka yang menjadikan jiwa mereka terpenjara. Karena hal itu akan membuat mereka merasa tidak dipedulikan lagi dan akan menambah beban depresi.
Informasi Film
Judul:Â Kukira Kau Rumah