Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Melihat dari Sudut Pandang Penderita Gangguan Kesehatan Mental dalam Film "Kukira Kau Rumah"

25 Juni 2024   13:16 Diperbarui: 25 Juni 2024   15:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar/kukira kau rumah/WAW Berita

Namun sayang, kedekatan mereka justru tidak diterima. Saat Niskala dan Pram sedang berkencan di kafe dan bernyanyi berdua, tiba-tiba kedua orang tua Niskala hadir di situ juga. Ayahnya Niskala marah besar saat ia tahu Niskala bergaul dengan orang lain, ia makin khawatir suatu yang lebih besar terjadi sebagaimana saat Niskala di sekolah dulu. Padahal, bagi Niskala kehadiran Pram dalam hidupnya membuat ia bahagia dan bukan antidepresan.

Baca: Kain Tradisional, Konde, Hingga Sampurasun Menggema di Panggung Internasional

Sikap Ayah Niskala yang terlalu agresif membuat Niskala marah dan kabur untuk bunuh diri. Ia merasa tidak ada harapan lagi untuk hidup, karena tidak ada yang mengerti dengan hidup yang ia inginkan, apalagi perlakukan sang ayah yang membuatnya malu di tengah ramainya pengunjung kafe.

Dari film ini kita belajar, bahwa mereka yang mengalami gangguan mental bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan berlebihan. Apalagi seperti yang dilakukan oleh Ayahnya Niskala, mengurung dan memberi batas ruang gerak bagi dirinya. Mereka tidak harus dipenjarakan oleh batas-batas. 

Kehati-hatian itu memang harus, tapi bukan mematikan harapan, impian, dan masa depan orangnya. Mereka punya hak atas dunianya dan kebebasan. Justru, apabila mereka disekat oleh batas-batas, hal itu menurutku akan memperparah kondisi jiwa mereka.

Aku suka dengan karakter Ibu Niskala yang masih memberikan kebebasan kepada Niskala untuk bergaul dan menikmati dunianya sebagaimana orang pada umumnya, rasa sayang yang ia tunjukkan benar-benar menunjukkan kepedulian, bukan memadamkan impian sebagaimana dilakukan Ayahnya Niskala.

Baca: [Puisi] Esok, Lusa, Kapanpun itu!

Film Ku Kira Kau Rumah menegaskan bahwasanya mereka yang mengalami depresi, broken home, atau sejenisnya, mereka butuh panggung untuk mengekpresikan diri, butuh rangkulan dari orang-orang yang mengerti dengan situasinya, bukan rangkulan dari orang yang 'mencintai dan menyayangi' tapi justru mematahkan semangat.

Kita hanya mengurangi sedikit lingkup kebebasan bagi mereka di samping pengobatan bagi jiwa mereka yang sakit, bukan menghilangkan ruang ekspresi bagi mereka, apalagi memberi sekat batas-batas bagi mereka yang menjadikan jiwa mereka terpenjara. Karena hal itu akan membuat mereka merasa tidak dipedulikan lagi dan akan menambah beban depresi.

Informasi Film

Judul: Kukira Kau Rumah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun