Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Horor

Sosok Hitam Penghuni Kamar Keris Keramat

30 Mei 2024   20:50 Diperbarui: 30 Mei 2024   21:50 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok itu nampaknya memiliki kekuatan yang dahsyat, dari ayat kursi hingga dzikir belum juga mampu menepisnya. Tubuhku se1makin lemas, tenaga banyak tersita olehnya, rasa ingin pasrah dan menyerah, namun hati kecil masih ingin berusaha sedikit lagi, setidaknya bisa membuka mulut untuk berbicara - memanggil bantuan dari luar. Setelah dua kalimat syahadat dilantunkan dengan perlahan, disambung bacaan shalawat. Akhirnya aku bisa membuka mulut, tapi ajaibnya ketika aku menyebut kata mama untuk meminta pertolongan, justru yang keluar adalah kalimat 'Allah, Allah, Allah' dengan keras.

Setelah beberapa kali menyebut kalimat Allah dengan lantang, aku mendengar suara adik sepupuku menyebut namaku dari luar. Seketika semua bergegas masuk kamar  menyadarkan ku. Aku yang berhasil tersadar langsung mengucap syukur Alhamdulillah, sembari memegang tangan mama dengan kuat agar tidak meninggalkanku. Rasa takut masih menyelimuti, sebab kekuatan sosok itu yang begitu kuat. Bahkan, sekujur tubuhku basah karena keringat, mungkin disebabkan perlawananku tadi yang membuat tubuhku lemas dan menguras banyak tenaga. Degup jantung pun masih belum stabil.

Kulihat ke arah atas ranjang, betapa kagetnya diriku ternyata ada sebuah keris berselimut kain putih di sana. Ku ceritakan semua yang terjadi dari awal masuk kamar hingga peristiwa dahsyat itu hadir kepada mama dan juga paman. Mendengar hal itu, paman segera menghampiri keris tersebut - memandangnya dengan lamat, entah apa yang ia baca atau katakan, seolah sedang berkomunikasi. Aku yang sudah tidak kuat itu langsung melipir keluar kamar, menenangkan diri.

Paman bilang jika keris yang ada di kamar tersebut merupakan keris keramat peninggalan kakek dari ayahnya beliau yang juga merupakan kakek buyutku. Katanya, aku sudah beberapa malam menempati kamar itu tapi tidak izin sama sekali. Apalagi malam itu bertepatan pada malam jumat kliwon. Aku mana tahu jika harus demikian, lagi pula aku rasa itu hanya keris biasa. Mungkin, salahku juga yang sempat berbuat aneh di kamar itu.

Kejadian ini membuat diriku kapok. Pantas saja sejak maghrib hawa rumah terasa berbeda, mungkin hal tersebut juga bagian dari peristiwa barusan. Setelah pulih aku bergegas mengambil wudhu, lalu shalat isya dan membaca Yasin. Namun, aku belum sanggup untuk kembali ke kamar itu, karena takut jika hal sama terulang kembali, bisa-bisa nyawaku melayang saking kuatnya kekuatan yang dimiliki sosok hitam tadi. Kuputuskan untuk menyambung tidur menumpang di kamar paman.

Dari kejadian ini aku memetik hikmah, bahwa di mana pun kita harus saling menghargai. Terlebih di kamar tadi ada benda keramat, maka sikap dan perilaku harus dijaga. Pun demikian apa yang paman katakan, bahwa kita sebagai penumpang ya harus minta izin dengan penghuni yang sudah terlebih dulu menempatinya. Namun, dalam hal ini aku tidak salah, karena memang aku tidak tahu-menahu dengan keris tersebut, paman juga tidak pernah menjelaskan hal itu. Tapi, aku mengaku salah, sebelumnya juga berbuat aneh di kamar itu; nonton film yang ada adegan dewasa hingga pikiranku diisi oleh hal negatif. Dan, malam ini  karena diserang kantuk yang luar biasa membuat aku lupa untuk shalat isya dan membaca doa sebelum tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun