Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Menata Hati agar Haji dan Umrah Tidak Sebatas Formalitas

21 Mei 2024   16:38 Diperbarui: 21 Mei 2024   16:51 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpijak di tanah suci Makkah Al-Mukarramah adalah impian ribuan bahkan jutaan umat muslim di dunia. Betapa tidak, tanah kelahiran Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam ini menjadi tempat paling mustajab terkabulnya doa - tempat paling tenang dan menenteramkan.

Sangatlah beruntung apabila kita terpilih menjadi tamu-Nya di tanah suci. Karena banyak di luar sana yang berkeinginan melihat secara langsung Ka'bah dan bersimpuh di hadapannya, berdoa dan beribadah di Masjid Nabawi, serta merasakan atmosfer ibadah di tanah kelahiran Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam - sang kekasih Allah, manusia yang menjadi idola bagi manusia-manusia lainnya.

Ibadah haji adalah rukun Islam yang kelima, di mana hukumnya bersifat wajib bagi yang mampu melaksanakannya. Mampu secara materi, ilmu, fisik, dan kesehatan. Sebagian besar umat Islam berkeinginan untuk bisa ke tanah suci sebagai upaya menyempurnakan ibadahnya. Kalaupun hingga saat ini belum memiliki kesempatan dalam melaksanakan rukun Islam paling akhir itu, paling tidak terlebih dahulu sudah memiliki niat.

Akan tetapi, ada satu hal yang harus kita luruskan, perbaiki, tata dengan baik sebelum ke tanah suci. Karena, tidak semua orang berkesempatan ke tanah suci dan tidak memungkinkan juga kita yang sudah diberi kesempatan bisa ke tanah suci berkali-kali. Bisa jadi, hanya satu kali seumur hidup atau bahkan tidak sama sekali.

Maka penting lah kiranya kita mementaskan diri agar ibadah kita baik dan diterima oleh-Nya. Sehingga insya Allah mendapatkan ibadah yang mabrur.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku “Romantisme Berhaji” dan “Romantisme Tanah Suci” yang ditulis oleh Riza Perdana Kusuma dan kawan-kawan yang berhasil diterbitkan oleh Penerbit Republika pada Juli 2021 lalu.

Buku Romantis Berhaji dan Romantisme Tanah Suci. Foto: Pecandu Sastra - 2021. ist
Buku Romantis Berhaji dan Romantisme Tanah Suci. Foto: Pecandu Sastra - 2021. ist

Dua judul yang digabungkan dalam satu buku ini, terbagi menjadi dua bagian. Pertama, romantisme berhaji; dengan jumlah halaman vii + 199 ini mengupas tentang perjalanan haji, keindahan tanah suci, serta tips dan romantisme-romantisme kala berhaji. Lalu kedua, romantisme tanah suci. Dengan ketebalan xvi + 172 halaman ini, berisi kisah perjuangan, perjalanan, pengorbanan, dan mimpi para penulis; baik yang pernah atau yang berkeinginan untuk pergi ke tanah suci.

Sebagaimana diungkapkan Kang Abik atau Habiburrahman El Shirazy, membaca buku ini selain memperkaya perspektif pribadi dari pengalaman orang lain, juga memberi makna baru akan arti haji dan umroh. Membacanya hingga selesai pun akan menyalakan semangat untuk selalu mengejar mimpi untuk beribadah ke rumah-Nya. Hal inilah yang turut saya rasakan menjadi pembacanya.

Dari sini kita belajar, bahwa ibadah haji yang sakral ini sebagai perjalanan yang klasik dan suci dapat kita tempuh dengan menggunakan sisi romantisme. Maka, perlulah kita rencanakan sejak jauh hari; tidak hanya fisik, namun juga mental, perilaku, pengorbanan, pengetahuan, pemahaman, serta keikhlasan dan kejujuran.

Sebab berhaji bukan sekadar menuntaskan kewajiban atau lari dari kewajiban maupun tugas lain. Namun, sebagai pertemuan dengan Sang Idaman yang akan menjamin kehidupan kita selanjutnya menjadi tenang. Tidak hanya dalam urusan dunia, namun juga urusan akhirat.

Ketika berhaji kita akan banyak mendapatkan ujian dan cobaan yang menuntut kesabaran, keikhlasan, dan kepekaan. Ibadah haji bukan ajang kita pamer kekayaan ataupun sesuatu yang kita miliki. Bukan pula sebagai sarana liburan atau bertamasya. Untuk mendapatkan haji yang mabrur, maka kita harus peka terhadap segalanya.

Ingat, ribuan bahkan jutaan umat manusia dari berbagai belahan dunia hadir berkumpul pada satu tempat. Berbondong-bondong, berlomba-lomba melalukan yang terbaik, berusaha mementaskan diri untuk meraih cinta Sang Ilahi. Jangan sampai ibadah yang sakral itu terlewatkan dengan sia-sia. Sebab belum tentu kita memiliki kesempatan kedua ataupun ketiga.

Oleh karenanya mari kita menata ulang niat dan hati sebelum berangkat menuju tanah suci guna memenuhi panggilan ilahi. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan di tanah suci hanya sebagai formalitas semata, sehingga tidak membekas dan meningkatkan mutu keimanan serta ketaqwaan pada diri. Semoga ibadah yang kita jalani ini adalah ibadah yang diridhai oleh-Nya. 

Baca artikel menarik lainnya:

       • Tips Menghadapi Reading Slump di Tengah Giatnya Aktivitas Membacamu!

       • Bakso, Kita, dan Kenangan | Story 

       • Perhatikan Cara Melipat Sajadah Dengan Benar dan Sesuai Adab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun