Mohon tunggu...
Muhammad Nizhamuddin
Muhammad Nizhamuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IIUI Islamabad

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Din-i-lahi, Pemikiran Sinkretis Sultan Jalaludin Akbar di Era Mughal

31 Agustus 2023   04:43 Diperbarui: 31 Agustus 2023   05:38 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebijakan kontroversial yang terkandung dalam konsep Din-i-lahi.

Menurut Encyclopedia Britannica, Ajaran Din-i-lahi mengajak setiap orang untuk memurnikan dirinyamelalui kerinduan akan tuhan sebagaimana prinsip Mistisme. Disatu sisi ia memasukan ajaran Katholik dengan membolehkan para pengikutnya melakukan ajaran Selibat.ia juga memasukan ajaran jainisme dengan melarang pnyembelihan hewan.Akbar juga memasukan ajaran Zoroaster, dengan menjadikan cahaya matahari dan api sebagai objek penyembahan.ia memerangi pembelajaran bahasa Arab yang dimana ditakutkan akan menumbuhkan fanatisme agama pada penganut muslim.ia juga memerintahkan untuk merubah nama-nama islam menjadi nama-nama local.ia melarang pengumandangan Adzan dan pendirian shalat jamaa'ah. Tentunya, ia mengalih fungsikan masjid menjadi gudang-gudang dan tempat pos patroli.ia melarang proses khitan bagi anak laki laki.ia juga melarang mempelajari Alqur'an dan Hadist.ia juga menetapkan hari Ahad sebagai hari perayaan akan lahirnya konsep Din-i-lahi. Dan puncaknya, ia sampai membolehkan praktik sujud kepadanya sebagai sultan negara. Ia juga merubah lafazh salam Assalamualaikum menjadi Allahu Akbar. Dan Waalaikumussalam menjadi Jalla jalaaluh. Para sejarawan menganggap, ajaran tersebut sebagai bentuk upaya pengkultusan diri Akbar. Yang pada akhirnya ia mengklaim dirinya sebagai seorang mujaddid dalam Islam.

  • Dalam islam, melakukan sujud kepada manusia lain tentu tidak dibenarkan, dengan illat apaun itu. Merujuk kepada hadist nabi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

         

"Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya" [HR. Tirmidzi]

 Maka bagaimana bisa sultan Akbar menambahkan ajaran sujud kepadanya, terlepas alasan apapun itu, entah hanya sebagai bentuk penghormatan sebagai pemimpin negara, tak merubah status pelarangan sujud kepada sesame manusia.

  • Allah SWT dengan tegas mencela keyakinan trinitas Nasrani dalam Almaidah
  • Sedangkan praktik selibat merupakan Selibat bermakna hidup tidak menikah. Jelasnya,merupakan hidup tanpa menikah dengan alasan iman dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus. Maka bagaimana bisa seorang sultan memasukan keyakinan nasrani tersebut kedalam konsep beragamanya.
  • Dalam surah At-Tahrim ayat satu, terdapat pesan tersirat terhadap nabi yang juga ditujukan kepada umatnya mengenai larangan mengharamkan apa yang Allah halalkan. Sedangkan memakan daging sapi dlsb merupakan sesuatu yang dibolehkan. Bagaimana bisa seorang sultan Akbar melakukan apa yang tak Rasulullah pernah lakukan?
  • Kewajiban khitan adalah suatu kemutlaqan yang harus dilalui oleh seorang muslim. Bagaimana bisa seorang sultan melarang praktik tersebut. Sedangkan rasulullah SAW. Bersabda yang Artinya: "Dari al-Zahri, dia berkata: Rasulullah saw., berkata: "Barang siapa yang masuk Islam maka berkhitanlah, walau sudah besar" . (HR. Harb bin Sufyan).
  • Dan bagaimana bisa sultan menyerukan untuk pengkultusan Api dan matahari sebagai objek peribadatan. Allah SWT telah memerintahkan berulang kali akan hanya menyembahnya, dimana kita membaca ayat tersebut berulang kali dalam alfatihah di setiap shalat, agama islam dengan prinsip Monotheisme yang paling tegas, tetapi menambahkan konsep ini kedalam keyakinan masyarakat sub-continent?

Kesimpulan

Konsep Din-i-lahi ala jalaludin akbar merupakan sebuah produk politik kebijakannya yang bertajuk sulh-e-kull. Dengan tujuan terjaganya stabilitas politik dan keharmonisan perbedaan di tengah kemajemukan, Sultan Akbar rela mengorbankan prinsip monotheisme tauhid serta sebagian paten syariat islam. . Namun,tak bisa dipungkiri, motif kebijakan sultan Akbar sejatinya positif. Agar pemerintahan islamnya dapat diterima ditengah kemajemukan masyarakat. Dan sisi positif lainnya ialah meluasnya wilayah islam dikarenakan keterbukaan pemikiran di eranya, hingga mencakup Kabul dan Kandahar. Terlepas dari semua itu, Eksistensi Islam sebagai Din-Washatiyy, menjadi suatu kewajiban para pengikutnya untuk membuktikan pengaplikasian moderasi beragama dalam kehidupan dari berbagai aspek, salah satunya mengenai menyikapi perbedaan. Dimana seorang Muslim harus seimbang antara menjaga prinsip dan bertoleransi.

Refrensi

  • Jurnal Uin SGD bandung-Kebijakan sulh-e-kull Jalaludin Akbar
  • Dr.Ibrahim Abdur Rahim-Mudzakkirah Taarikh Mughal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun