Mohon tunggu...
Muammar Nur Islami
Muammar Nur Islami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembaca Buku

Lahir di Kembang Kerang Daya Aikmel Lombok Timur. Saat ini sedang menyelesaikan belajar di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Menjadi Muslim yang Tidak Sontoloyo?

12 Juni 2017   00:49 Diperbarui: 12 Juni 2017   09:11 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: https://ginte.files.wordpress.com/2013/06/061813_0202_politik1.jpg?w=450)

Soekarno menulis dan mengingatkan kita puluhan tahun lalu agar menjauhi sikap beragama yang simbolik seperti itu. Beragama yang individualistik dan hanya mengejar akumulasi pahala tapi lupa dengan urusan sosialnya. Soekarno mengingatkan kita untuk menjauhi sikap jumud yang menerima doktrin dengan buta tanpa disaring dengan akal dan pencarian kebenaran (tabayyun). 

Beliau mengajak kita untuk lepas dari sikap fiqh oriented yang menjebak dan "menyesatkan". Menegaskan untuk kembali kepada rokh islam. Menjadi muslim yang substantif bukan simbolik. Jika kita masih terjebak dengan hal-hal "jahil" di atas, maka anda harus bersiap untuk menjadi seorang muslim yang —meminjam lagi bahasa Soekarno, Sontoloyo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun