Soekarno menulis dan mengingatkan kita puluhan tahun lalu agar menjauhi sikap beragama yang simbolik seperti itu. Beragama yang individualistik dan hanya mengejar akumulasi pahala tapi lupa dengan urusan sosialnya. Soekarno mengingatkan kita untuk menjauhi sikap jumud yang menerima doktrin dengan buta tanpa disaring dengan akal dan pencarian kebenaran (tabayyun).Â
Beliau mengajak kita untuk lepas dari sikap fiqh oriented yang menjebak dan "menyesatkan". Menegaskan untuk kembali kepada rokh islam. Menjadi muslim yang substantif bukan simbolik. Jika kita masih terjebak dengan hal-hal "jahil" di atas, maka anda harus bersiap untuk menjadi seorang muslim yang —meminjam lagi bahasa Soekarno, Sontoloyo!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H