Karena dari cerita orang-orang di desaku, konon katanya terjadi pertarungan antara raksasa dan pohon beringin penguasa hutan.Â
Pertarungan itu dimenangkan si penguasa hutan, dan si raksasa akhirnya ditahan di sebuah tempat di seberang hutan. Raksasa itu tidak akan bisa lepas dari tahanan dengan sendirinya, dia hanya akan lepas dan bangkit kembali ketika sudah meminum ribuan liter darah-darah segar manusia.
Semakin lama raksasa itu semakin berani menunjukkan dirinya, tubuhnya semakin besar dan tinggi. hutan tidak lagi dingin dan tidak sejuk seperti biasanya.
"Tinggalkan hutan kalau kalian tidak ingin mati." Teriak raksasa itu dengan mulut menganga menyemburkan kobaran api. Aku semakin takut, tapi aku dan rasa penasaranku sepakat untuk berjalan lebih dekat ke arah raksasa itu.
Jarak kami tidak terlalu jauh lagi, raksasa itu sudah terlihat jelas. Sungguh pemandangan yang amat menakutkan, ribuan pohon habis terbakar hanya dengan satu tebasan pedangnya.Â
Aku bersembunyi ketakutan di balik batang pohon besar yang sudah tumbang, sambil sesekali mengintip dari balik batang pohon itu.Â
Terlihat samar beberapa wajah tepat dibelakang raksasa itu. aku berpindah ke batang pohon yang lebih dekat di depan ku untuk memastikan. Tampak jelas beberapa orang dengan pakaian serupa dan helm putih terpasang rapi di kepala.Â
Ada juga beberapa besi raksasa yang aku tak tahu apa namanya, tepat dibelakang mereka. menumbangkan dan dengan mudahnya memotong pohon-pohon besar dan menyusun rapi ke truk yang berbaris menunggu giliran.
Tidak seperti aku, mereka sama sekali tidak takut dengan raksasa yang melemparkan hawa panas ke setiap sudut-sudut hutan itu. mereka hanya tersenyum bahagia, seperti seorang bajak laut yang menemukan harta karun.
Tiba-tiba tanah bergetar bak gempa bumi. Sebuah pohon beringin, tinggi, besar mencabut akarnya sendiri dari tanah tempat ia berpijak.Â
Ia melangkah layaknya manusia, mendekati raksasa yang mengusir para penghuni hutan. Sungguh seperti adegan film berjudul monsters call yang baru saja kemarin aku tonton bersama ayahku, setelah dia pulang bekerja.