Mohon tunggu...
Jefri Suprapto Panjaitan
Jefri Suprapto Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pecandu kenangan, penikmat masalalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Tentang Gadis Tetanggaku

19 Januari 2023   18:02 Diperbarui: 6 April 2023   00:44 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar jam 5 sore saya meninggalkan rutinitas membosankan itu, mengendarai sepeda motor yang aku beli dengan uang sendiri. 

Menikmati senja di sepanjang ujung bentang sawah yang saya lewati setiap sore, sambil melihat para petani masih dengan semangat mengayunkan cangkulnya ke tanah dibawah sinar matahari yang mulai redup.

Sampailah di rumah, setelah mematikan mesin motor, saya membuka helm. Entah kenapa pandangan saya langsung tertuju ke rumah nenek Iting.

Ternyata gadis cantik yang saya lihat tadi pagi ketika menyambut matahari, terlihat kembali ketika menghantarkan matahari ke ujung barat, masih dengan kegiatan yang sama. 

Gagang sapu di kedua tangan nya, namun tidak menggunakan daster lagi. mata kami bertemu di titik yang sama, dia melemparkan senyuman yang begitu indah, dan aku membalasnya dengan senyuman sembari menganggukkan kepala. Senang sekali rasanya, aku bisa melihat senyum indah diwajah cantik nya itu, meskipun tidak terlalu lama.

Seperti biasa, sesampainya dirumah saya langsung mandi dan buru-buru mengatur penampilan. Lalu duduk-duduk diteras rumah, sambil berharap gadis cantik itu keluar lagi dari rumah. hampir 1 jam duduk diluar, gadis itu tak kunjung terlihat. 

Aku masuk lagi ke rumah untuk mengambil buku dan pulpen yang biasa aku gunakan untuk menulis puisi. Aku memang gemar menulis puisi, sejak duduk di bangku SMA sudah banyak puisi yang telah kutulis.

Namun tidak pernah aku perlihatkan kepada orang lain. Karena memang puisi yang ku tulis, semua tentang keluh kesah yang ku alami. Menurutku puisi hanya media untuk mencurahkan isi hati dan tak perlu di perlihatkan kepada semua orang lain.

Kutulis puisi tentang gadis cantik yang kulihat pagi itu, ku rangkai kata yang menggambarkan nya didalam hatiku. 

Aku memang bukan orang yang punya keberanian untuk mengajaknya mengobrol atau sekedar berkenalan. Oleh karena itu, gadis cantik yang membuatku kagum karena parasnya yang begitu cantik hanya mampu ku ceritakan dalam puisi.

Suasana desa sudah mulai sunyi, pertanda malam telah berjaga. Gadis cantik itu tak kunjung terlihat keluar dari rumah, bahkan sampai puisi tentang dirinya selesai ku tuliskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun