Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan dan Kendala Model Komunikasi dalam Subsistem Agribisnis

12 Februari 2024   21:35 Diperbarui: 12 Februari 2024   21:37 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Pengertian komunikasi beragam dan setiap ahli memiliki pandangan dan gaya bahasa masing-masing dalam mengartikan komunikasi. Namun pada intinya Komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan atau informasi seacara verbal maupun nonverbal yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan. Berhasil tidaknya komunikasi dapat dilihat dari\ informasi yang dapat diterima oleh penerima pesan. Hal ini memerlukan ketrampilan bagi komunikator dalam menyampaikan pesan dan tentunya dengan media komunikasi baik media cetak maupun elektronik agar pesan dapat diterima dengan baik. Kondisi penerima pesan juga perlu diperhatikan agar fokus dan dapat mengutarakan feedback secara verbal maupun nonverbal baik secara sengaja atau tidak (Liliweri, 2017).

Spesifikasi bentuk komunikasi antar manusia terkait dengan pola interaksinya digambarkan dengan model komunikasi yang terdiiri dari model satu arah, dua arah dan komunikasi massa. Beberapa model komunikasi diantaranya  yaitu model Lasswell, Aristoteles, Shannon dan Weaver, Scram, Newcomb dll. Adanya model komunikasi dapat merepresentasikan fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur penting agar infp\ormasi mudah dipahami. Kehidupan manusia tidak terlepas dari komunikasi, karena setiap hari manusia sebagai mahluk sosial saling berinteraksi satu sama lain untuk tujuan tertentu, salah satunya pada bidang agribisnis. Faktor penting petani sebagai pelaku agribisnis dilihat dari jaringan komunikasi karena petani satu dengan lainnya pasti berinteraksi dalam hal budidaya, pemasaran maupun hal lainnya  (Wahyuni dkk, 2017).

Agribisnis merupakan kegiatan atau usaha di bidang pertanian yang mencakup semua subsistem hulu hingga hilir, mulai dari pengadaan input produksi, budidaya tanaman, pengolahan hasil, pemasaran, hingga kelembagaannya. Antara subsistem satu dan lainnya saling berkaitan erat membentuk sistem, sehingga komunikasi sebagai kegiatan penyampaian informasi sangatlah penting. Komunikasi dalam agribisnis bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di setiap subsistem, pengambilan keputusan dan mengevaluasi jalannya setiap subsistem agar sesuai perencanaan. Model komunikasi dalam agribisnis hampir sama seperti modul komunikasi pada umumnya, hanya saja informasi dan jaringannya lebih kompleks.

PEMBAHASAN

Menurut Korniawan (2019) Penerapan model komunikasi bertujuan agar penerima pesan bisa melakukan hubungan timbal balik positif dengan komunikator. Terdapat beberapa macam model komunikasi diantaranyan yakni model linier, spiral, sirkuler, dan lain-lainnya. Model linier memperlihatkan model komunikasi satu arah dimana tidak terdapat feedback dari penerima informasi sehingga penyampai informasi (komunikator) yang aktif.  Model komunikasi linier ini bisa secara langsung maupun melalui media eletreonik, contohnya pidato, seminar dll. Contoh model komunikasi satu arah (linier) diantaranya model aristoteles, model Lasswell, dan Model Shannon dan Weaver. Unsur komunikasi pada model Aristoteles hanya mencakup komunikator, pesan dan pendengar. Kondisi lingkungan diciptakan kondusif agar pesan dari komunikator mampu merubah sikap dari pendengar. Model Lasswell sering diterapkan pada proses komunikasi massa. Adapun unsur-unsur komunikasinya yakni komunikator, pesan, media, penerima, dan efek. 

            Model komunikasi Sirkuler adalah model komunikasi dua arah antar komunikator dan komunikan sehingga feedback akan selalu muncul. Beberapa contoh model komunikasi dua arah diantarnya Model DeFlour, Schram, Newcomb dan Hoeta Sochoet. Model Komunikasi De Fleur merupakan model komunikasi massa yang memiliki perangkat umpan balik.  Unsur yang berperan terdiiri dari sumber pemancar, penerima dan sasaran.  Adapun model komunikasi Scramm menunjukkan komponen yang terhubung dalam komunikasi dnegan urutan encoder, pesan, decoder, pesan dan seterusnya. Model Komunikasi Helical adalah salah satu contoh dari model komunikasi spiral yang mana proses komunikasi terus bergerak maju dan selalu berpengaruh terhadap komunikais selanjutnya.

Komunikasi sangat penting bagai seorang petani untuk menjalankan usaha taninya. Petani biasanya melakukan interaksi dengan penyuluh pertanian terkait informasi seputar budidaya, teknologi baru, maupun pemecahan masalah serangan hama penyakit. Komunikasi ini biasa disebut sebagai model komunikasi penyuluhan pertanian. Hal ini menjadi pendidikan nonformal bagi petani dan keluarga untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan usaha tani yang akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan petani. Model komunikasi yang diperlukan dalam penyuluhan pertanian yakni model komunikasi Berlo dan Laswell. Model komunikasi penyuluhan pada peningkatan usaha tani kurang melibatkan peran petani secara aktif sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan petani. Keberhasilan dalam komunikasi agribisnis dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dari pengusaha tani (petani). Komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian harus menyesuaikan latar belakang petani seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman pelatihan dan jumlah tanggungan keluarga. Khususnya bagi petani dengan latarbelakang pendidikan rendah akan lebih sulit dalam mengadopsi suatu inovasi teknologi (Asa dkk., 2020).

Komunikasi dalam agribisnis terbagi menjadi komunikasi antarindividu, kelompok dan komunikasi organisasi. Komunikasi kelompok terjadi dalam lingkup pertemuan kelompok tani, rapat gapoktan, dll. Adapun Komunikasi Organisasi lebih ke arah komunikasi dalam organisasi kelembagaan agribisnis maupun perusahaan besar  yang orientasinya pada bidang agribisnis. Jalannya informasi terjadi di antar subsistem dalam agribisnis, baik dari produsen ke konsumen, konsumen ke produsen, maupun jalinana kemitraan antar subsistem. Seiring perkembangan zaman dan berkembangnya teknologi informasi semakin mempermudah kegiatan komunikasi agribisnis. Contohnya saja dalam hal pemasaranan produk agroindustri dilakukan dengan promosi melalui media sosial dan dilakukan pemasaran secara online. Hal ini mempermudah interaksi antar produsen dengan konsumen dengan jangkauan pasar yang lebih luas. Namun yang masih menjadi permasalahan adalah penerapan teknologi informasi di tingkat pengusaha tani skala kecil yang terholong rendah. Penerapan teknologi informasi masih belum diterapkan dnegan baik oleh kelompok tani semai organik akibat keterbatasan sarana dan prasarana  teknologi informasi (Charina dkk (2017).

Petani yang tergabung dalam kelompok tani akan diberi wadah pelatihan dari penyuluh berkaitan dengan akses informasi maupun pemasaran produk mereka. Model komunikasi bisa dilakukan seperti halnya model komunikasi aristoteles maupun Lasswell dimana penerapannya pada massa tanpa dengan teknis pidato atau ceramah dalam sebuah forum pertemuan kelompok tani. Namun penerapan ini kenyataanya akan selalu ada feedback langsung peserta untuk mengetahui pemhamaan informasi yang disampaikan sehingga model komunikasinya lebih ke komunikasi dua arah (sirkuler). Komunikasi yang terjalin dlama setiap subsistem agribisnis mulai dari pengadaan input produksi pertanian, budidaya usha atani, pengolahan hasil (agroindustri), pemasaran, dan kelembagaan pertanian.

Subsistem pertama terkait pengadaan saprodi melibatkan  komunikasi dari berbagai pihak. Pengusaha tani dapat menjalin mitra dengan toko pertanian atau perusahaan agroindustri dalam membantu penyediaan input produksi secara dua arah. Biasanya kemitraan ini juga berkaitan dengan perjanjian pemasaran hasil panen nantinya untuk kelompok mitra. Pemilihan input produksi harus dilakukan maksimal dan membutuhkan pelatihan dari penyuluh, begitupula dengan permodalan yang berkaitan dengan lembaga perkreditan maupun subsisdi dari pemerintah. Komunikasi dalma subsistem budidaya usaha tani lebih ditekankan pada komunikasi antar petani dan penyuluh dalam adopsi teknologi yang terjalin dua arah. Namun  model komunikasi yang diterapkan oleh lembaga riset dalam mendukung pengembangan subsistem agribisnis hulu masih belum menjaring umpan balik dari pengguna akibat peran stakeholders yang belum maksimal (Hanifah dkk, 2019).

Subsistem pengolahan hasil dapat dilakukan dengan menjalin mitra dengan perusahaan sekaligus sebagai pemasaran produk hasil panen. Terjalinnya komunikasi secara dua arah karena terdapat kesepakatan antar kedua belah pihak, hal ini tidak hanya terjadi pada perjanjian formal tetapi juga pada pemasaran informal seperti pada tengkulak. Selain itu, model komunikasi subsistem penunjang mulai dari kebijakan pemerintah, sarana transportasi, dan sarana perkreditan terjalin dalam model komunikasi kelompok dan organisasi dengan model sirkuler. Kebijakan pertanian tentunya akan dikomunikasikan dalam organisasi, misalnya oleh Kementan, Disperta, BPTP,dll yang kemudia dikomunikasikan kepada para pengusaha tani melalui media secara linear maupun dengan perantara penyuluh secara sirkuler.

PENUTUP

Komunikasi dalam agribisnis terjalin secara kelompok maupun organisasi karena cakupannya yang luas di setiap subsistem maupun antar subsistem. Model komunikasi dalam agribisnis lebih kompleks dan beragam tergantung kebutuhan subsistem. Model komunikasi yang terjalin memungkinkan adanya komunikasi linear maupun sirkuler. Komunikasi dua arah terjalin hampir disetiap subsistem seperti komunikasi antar kelompok tani dengan para penyuluh pertanian dalam pelatihan teknologi budidaya usaha tani dan komunikasi dalam menjalin kemitraan . Feedback dari penerima pesan menjadi tolak ukur keberhasilan informasi yang disampaikan. Komunikasi di lapangan memang lebih efektif dilakukan dengan penerapan praktik, sehingga model komunikasi linier dengan metode ceramah sangat tidak efektif diterapkan. Adapun model komunikasi linear bisa saja diterapkan pada sosialisasi kebijakan pertanian baik secara langsung dalam suatu forum maupun melalui media massa atau elektronik.

DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, Alo. 2017. Komunikasi Antar Personal.  Jakarta : Kencana

Korniawan, R. 2019. Kreativitas Komunikasi Bagi GPR di dalam Komunikasi Krisis. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia.

Wahyuni, S., Sumardjo, D. P. Lubis, dan D. Swasono. 2017. Hubungan Jaringan Komunikasi dan Dinamika Kelompok dengan Kapasitas Petani dalam Agribisnis Padi Organik di Jawa Barat. Penyuluhan. 13(1) : 110-120.

Asa, T. A., L. R. Levis, dan S. Nikolaus. 2020. Efektifitas Penerapan Model Komunikasi Penyuluhan dalam Agribisnis Jagung di Timor Barat.  EXCELLENTIA. 9(1) : 1-8.

Charina, A., R. Andriani, A. Hermita dan Y. Deliana. 2017. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Agribisnis Sayuran Organik.  AGRICORE. 2(1) : 247-252.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun