Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pengembangan Agribisnis Horizontal

24 November 2023   18:11 Diperbarui: 24 November 2023   18:54 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Agribisnis adalah serangkaian kegiatan bisnis dalam bidang usaha pertanian mulai dari hulu sampai hilir. Subsistem hulu hingga hilir tersebut meliputi penyediaan input sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, alsintan, dll), budidaya pertanian, pengolahan hasil pertanian (agroindustri), pemasaran, dan kelembangaan penunjang berjalannya mata rantai agribisnis. Subsistem dalam agribisnis yang berkaitan dengan nilai tambah suatu produk adalah agroindustri. Agroindustri adalah suatu kegiatan yang menggunakan produk hasil pertanian sebagai bahan baku, sekaligus menyediakan sarana dan jasa yang dibutuhkan pada kegiatan on farm. Agroindusrtri mengolah bahan tanaman atau hewan menjadi produk setengah jadi maupun siap konsumsi yang selanjutnya dapat dipasarkan ke konsumen. Kegiatannya meliputi pengolahan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, pemasaran dan distribusi produk. Adanya agroindustri sangat berperan penting dalam mendongktrak perekonomian masyarakat Indonesia.

Usaha tani maupun perusahaan skala besar pasti memiliki manajemen tersendiri dalam mengembangkan usahanya, bari dari segi input, produksi maupun outpun. Sistem agribisnis yang dijalankan memiliki peluang serta tantangan tersendiri. Perusahaan agribisnis tidak terlepas dari lingkungan agribisnya, baik internal maupun eksternal. Perkembangan suatu agribisnis tergantung bagaimana keadaan lingkungan fisik, sosial, politik, maupun ekonomi. Keadaan  Lingkungan agribisnis suatu perusahaan dapat diketahui melalui adanya analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Treath). Faktor lingkungan internal meliputi kekuatan (Strenght) dan kelemahan  (Weakness) dari suatu perusahaan agribisnis seperti kondisi sarana prasana, budidaya, produksi, keorganisasian dan lainnya. Faktor lingkungan eksternal berupa peluang (Opportunity) dan ancaman (treath) yang berasalah dari luar lingkup perusahaan baik keijakan pemeintah, persainagan, kondisi alam, dan lainnya.

Strategi pengembangan agribisnis sangat diperlukan dalam manajmene agribisnis. Strategi dibuat untuk memaksimalkan peluang dan kekuatan yang ada serta dapat meminimalisir resiko, ancaman, maupun kelemahan yang ada. Strategi pengembangan agribisnis adalah suatu konsep gerak yang termanajemen dengan baik dalam rangka mencapai tujuan dari suatu perusahaan agribinis. Strategi berguna untuk tujuan pertumbuhan maupun stabilisasi suatu perusahaan agribisnis. Ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, dan diversifikasi merupakan bentuk strategi suatu agribisnis untuk meningkatkan subsistem hulu hingga ke hilir. Tindakan yang nyata setelah adanya penyusunan strategi adalah kebijakan. Bentuk strategi agribisnis meliputi strategi vertikal dan strategi horizontal. Strategi agribisnis vertikal berkaitan dengan pola koperasi, mitra perusahaan, dan kepemilikan usaha sedangkan strategi horizontal  berkaitan dengan pelaku agribisnis yang memilki kesamaan komoditas. Tujuan dan fungsi adanya strategi dalam agribisnis antara lain adalah menciptakan nilai tambah produk, meningkatkan penerimaan devisa, menciptakan lapangan pekerjaan dan membngun struktur perekonomian yang tangguh.

 

PEMBAHASAN

CV. Jaya Sari adalah salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang agroindustri kripik ubi kayu. Perusahaan ini terletak di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Volume penjualan kripik ubi kayu oleh CV. Jaya Sari merupaan yang tertingg dibandingkan dengan agroindustri kripik ubi kayu di Kecamatan Cipaku lainnya. Pemasaran produk kripik ubi kayu CV. Jaya Sari yakni ke sejumlah daerah di Kecamatan Cipaku dan Kabupaten Ciebon. Produksi yang tinggi tidak terlepas dari adanya strategi pengembangan agribisnis yng seudah disesuaikan dengan kondisi SWOT CV. Jaya Sari. Analisis SWOT merupakan metode analisi keadan faktor lingkungan internal dan eksternal sehingga perusahaan dapat mengetahui kendala da potensi apa yang terjadi sehingga dapat disusun strategi untuk mengembangkan usahanya.

Analisis Usaha Biaya yang dihitung dalam proses produksi keripik ubi kayu selama satu kali proses produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), biaya penyusutan alat dan bunga modal. Sedangkan Biaya variabel yang dikeluarkan oleh perajin keripik ubi kayu terdiri dari biaya sarana produksi, upah tenaga kerja dan transportasi. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis usaha dapat dilihat pada Tabel 1

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 

1. Faktor Internal 

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam agroindustri keripik ubi kayu dan dapat dikendalikan. Faktor internal bisa menjadi kekuatan dan kelemahan dalam keberlangsungan agroindustri keripik ubi kayu. Adapun faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah sebagai berikut : 

a. Cukup tersedia jumlah tenaga kerja Pengolahan keripik ubi kayu pada umumnya bisa dikerjakan oleh siapa saja, karena proses produksinya mudah, selain itu di Desa Selamanik banyak sekali penduduk usia produktif sehingga bisa diberdayakan sebagai tenaga kerja pada agroindustri keripik ubi kayu. 

b. Produk Tahan Lama Daya tahan produk keripik ubi kayu tahan lama, sehingga apabila tidak langsung habis keripik masih tetap bisa dikonsumsi. 

c. Harga Produk Terjangkau Harga keripik ubi kayu yang relatif terjangkau oleh semua kalangan menyebabkan pangsa pasar keripik masih luas dan permintaan terus meningkat.

d. Produksi Mudah Dilakukan Proses produksi keripik ubi kayu sangat mudah dan sederhana sehingga dalam pengolahan tidak memerlukan waktu yang lama, dalam jangka waktu satu hari saja bisa memproduksi 5.700 pcs keripik yang siap dipasarkan. 

Adapun faktor-faktor yang menjadi kelemahan adalah sebagai berikut : 

a. Keterbatasan Permodalan Sulitnya suatu usaha berkembang disebabkan oleh keterbatasan dalam permodalan, sehingga usaha yang dijalankan tidak bisa terus dikembangkan lebih besar hanya sebatas mengelola modal yang dimiliki seadanya. 

b. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Kurang Rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat menyebabkan ketrampilan dan pengetahuan mereka terbatas sehingga dalam pengolahan keripik ubi kayu juga belum bisa menerapkan cara-cara yang modern (pengolahan dengan mesin), masih dengan cara yang sederhana atau manual. 

c. Pengemasan Produk Sederhana, Produk belum menggunakan kemasan yang menarik, Produk yang dihasilkan hanya dikemas dalam plastik berukuran besar kemudian langsung dipasarkan ke pasar dan grosir. d. Promosi Masih Kurang Kurangnya promosi menyebabkan produk sulit dikenal ke luar wilayah.

2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor di luar agroindustri keripik ubi kayu dan belum dapat dikendalikan sepenuhnya, faktor ekternal tersebut bisa menjadi peluang dan ancaman dalam keberlangsungan agroindustri keripik ubi kayu. Adapun faktor-faktor yang menjadi peluang adalah sebagai berikut : 

a. Pangsa Pasar Masih Luas Produk keripik ubi kayu merupakan produk yang banyak diminati oleh masyarakat, sehingga pangsa pasar keripik ubi kayu masih luas, ditambah lagi harga keripik ubi kayu yang relatif terjangkau. 

b. Permintaan Meningkat Meningkatnya permintaan keripik ubi kayu menyebabkan perajin hampir kewalahan menutupi semua permintaan pelanggan. 

c. Tidak dipengaruhi Cuaca dan Iklim Proses produksi keripik ubi kayu tidak tergantung terhadap cuaca, proses produksi bisa tetap dilakukan dalam kondisi cuaca yang cerah atau hujan.

Adapun faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah sebagai berikut : 

a. Kelangkaan bahan Baku Kelangkaan bahan baku disebabkan saat ini banyak petani ubi kayu yang mengalami gagal panen. 

b. Fluktuasi Harga Bahan Baku Kelangkaan ubi kayu menyebabkan harga tidak menentu. 

c. Kurang Adanya Peran dari Pemerintah Kurangnya peran dari pemerintah sehingga tidak adanya informasi yang sampai ke perajin, baik informasi dalam hal pengajuan bantuan, informasi harga, promosi dan pemasaran. 

d. Kenaikan Harga Sarana Produksi Harga sarana produksi hampir tiap hari mengalami kenaikan, sarana produksi yang sangat berpengaruh yaitu minyak goreng, harga minyak goreng terus melonjak.

D. Alternatif Strategi Penentuan alternatif strategi ditentukan dengan menggunakan matrik SWOT. Rangkuti (2009) menjelaskan bahwa Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

KESIMPULAN DAN SARAN 

Kesimpulan 

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Biaya total yang dikeluarkan oleh pengusaha keripik ubi kayu selama satu kali proses produksi sebesar Rp 1.152.500,00 penerimaan selama satu kali proses poduksi sebesar Rp 2.850.000,00 dan pendapatan selama satu kali proses produksi sebesar Rp 1.697.500,00 2. Faktor-faktor internal dan eksternal pada pengembangan agroindustri keripik ubi kayu di Desa Selamanik, Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis antara lain : 

a) Kekuatan Faktor-faktor yang menjadi kekuatan dalam pengembangan agroindustri keripik ubi kayu yaitu tersedianya cukup jumlah tenaga kerja, produksi mudah dilakukan, produk keripik ubi kayu yang tahan lama, harga produk yang terjangkau. 

b) Kelemahan Faktor-faktor yang menjadi kelemahan dalam pengembangan agroindustri keripik ubi kayu yaitu permodalan terbatas, kualitas SDM yang masih kurang, pengemasan produk masih sederhana, dan promosi masih kurang. 

c) Peluang Faktor-faktor yang menjadi peluang dalam pengembangan agroindustri keripik ubi kayu yaitu tidak ada pesaing produk sejenis disatu daerah, pangsa pasar yang masih luas, permintaan semakin meningkat, cuaca tidak mempengaruhi produksi. 

d) Ancaman Faktor-faktor yang menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri keripik ubi kayu yaitu kelangkaan bahan baku, fluktuasi harga bahan baku, kurang adanya peran dari pemerintah, dan kenaikan harga sarana produksi.

Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agroindustri keripik ubi kayu di Desa Selamanik Kecamtan Cipaku Kabupaten Ciamis. a. Mempertahankan kualitas produksi dan pengembangan pasar. b. Mempertahankan kontinyuitas produksi untuk memenuhi permintaan c. Optimalisasi kualitas SDM untuk memenuhi permintaan produk d. Diversifikasi produk untuk memenuhi pangsa pasar. e. Pengelolaan tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku. f. Keseragaman harga jual dengan peran serta pengawasan pemerintah. g. Penganekaragaman pengemasan untuk memaksimalkan produksi. h. Menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam menyikapi permodalan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Aziz, S., y. Rusman dan Sudradjat. 2016. Analisi Saluran Pemasaran Keripik Ubi Kayu. Ilmiah Mahasiswa. 2(2) : 125-130.

Maesaroh, Ida. 2016. Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Ubi Kayu (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis). Mimbar Agribisnis.  1(3) : 253-259.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun