Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Manajemen Agroindustri Potensial Banyuwangi (Studi Kasus Home Industry Buah Naga di Desa Temurejo Kecamatan Bangorejo)

22 November 2023   06:15 Diperbarui: 22 November 2023   06:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PENDAHULUAN

 

Mayoritas masyarakat Banyuwangi berprofesi sebagai petani baik petani pangan, hortikultura, peternakan maupun perikanan. Komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan salah satunya adalah buah naga. Banyuwangi menjadi salah satu kabupaten penghasil buah naga terbesar di Indonesia yang pasarnya telah merambah pasar internasional. Buah naga Banyuwangi banyak dibudidayakan di daerah Siliiragung, Tegaldlimo, Sempu, Pesanggaran, Purwoharjo, dan Cluring. Luas lahan buah naga di Kabupaten Banyuwangi mencapai 2479 ha dengan total produksi 35. 687 ton (BPS, 2019).

Permasalahan utama dalam usaha tani buah naga yaitu fluktuasi harga buah naga yang sangat besar. Akibat fluktuasi yang tinggi saat panen raya menjadikan petani rugi besar. Biaya produksi tidak bisa terpenuhi deNgan penerimaan penjualan buah naga, seringkali petani tidak memanen buah naga dan lebih memilih membuang atau memanfaatkan sebagai pangan ternak. Rata-rata petani buah naga menjual buah naga kepada tengkulak yang langsung datang ke lahan, tanpa adanya unit pengolahan agroindustri buah naga untuk memmperoleh nilai tambah. Kesepakatan harga diberikan dengan melibatkan petani sebagi price taker sehingga menimbulkan ketidakberdayaan petani dalam menentukan harga (Bachtiar, 2019). 

Upaya untuk menstabilkan pendapatan petani melalui penerimaan usahatani buah naga dapat dilakukan dengan perluasan pemasaran buah naga baik ekspor maupun dengan diversifikasi produk olahan sehingga lebih bernilai tambah dan memperpanjang masa simpan buah naga. Agroindustri pengolahan buah naga dapat berupa pengolahan dodol buah naga, keripik buah naga, mie buah naga, sirup buah naga, stik  buah naga dan sebagainya. Agroindustri memiliki pengaruh penting dalam pengembangan buah naga dalam pengenalan komodiats buah unggulan melalui produk olahan yang dapat dpasarkan untuk jangakuan yang lebih luas. 

Salah satu agroindustri pengolahan buah naga yaitu Kelompok tani Puspa Naga yang berada di Dusun Selorejo, Desa Temurejo Kecamatan Bangorejo. Kelompok tani Puspa Naga yang telah berdiri sejak tahun 2016 telah memiliki lima pengrajin dodol buah naga sekaligus menjadi petani buah naga. Pengembangan produk olahan dodol buah naga tersebut terbatas karena produksi hanya melayani ketika ada pesanan dan ketika musim panen raya yakni berkisar pada bulan Januari hingga Mei sehingga bisa menambah pendapatan petani ketika harga buah naga sedang rendah.

 

PEMBAHASAN

Menurut Lestari (2018) Proses pengolahan ini memungkinkan adanya pertambahan nilai ekonomi bagi komoditas menjadi produk turunan buah naga seperti dodol, mie buah naga, nasi goreng buah naga dan minuman kemasan.  Nilai tambah nyata pada dodl buah naga dari pengolahan 4 kg buah naga dapat menghasilkan  2 kg dodol buah naga yang dapat dikemas menjadi 10 kemasan dodol dengan harga Rp.10.000/kemasan. Sedangkan jika hanya menjual buah naga segar harga sellau dibawah Rp.5000/kg ditingkat petani ketika panen raya. Produk dodol buah naga yang diproduksi oleh kelompok tani puspa naga memang bukanlah produksi buah naga yang pertama di kabupaten banyuwangi. Upaya pemerintah dalam mengembangkan komoditas buah naga melalui agroindustri dilakukan melalui pelatihan kelompok tani maupun UMKM oleh-oleh untuk pembuatan produk olahan buah naga seperti dodl buah naga, namun upaya tersebut tidak berkelanjutan.

Kegiatan pelatihan yang ada di desa temurejo yang diprogramkan pemerintah desa berhenti dikarenakan kegagalan produksi, kurangnya minat petani dalam mengolah buah naga secara mandiri serta tidak adanya program lanjutan dari pemerintah desa. Beberapa tahun belakang, khususnya pada tahun 2020 dinas pertanian dan kabupaten banyuwangi telah menggelar festival buah naga untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan mulai dari usahatai hingga produk olahan buah naga dari UMKM. Industri dodol buah naga Puspa Naga masih snagat memerlukan dukungan pemerintah baik dari segi modal.

Manajemen produksi dodol buah naga yang dilakukan oleh UMKM Puspa Naga masih sangat terbatas dari segi kuantitas bahan bbaku, metode produksi, dan peralatan yang digunakan karena masih snagat sederhana. Dodol buah naga memerlukan bahan baku utama buah naga dan bahan tambahan lain, untuk 1 kali produksi. UMKM Puspa Naga memerlukan 10 kg buah naga, 5 kg tape singkong, 3 kg tepung tapioka, 250 gram gula pasir, 2 liter minyak goreng serta tambahan garam. Manajemen produksi yang dilakukan oleh UMKM Puspa Naga masih belum optimal. Packaging yang digunakan masih sederhana dan kurang menarik minat pasar, sehingga pada pelatihan yang dilakukan oleh Khanif dkk (2018) memberikan pelatihan packaging produk dodol buah naga terkait dus produk yang menarik dan biaya yang diperlukan.

Sumber daya yang paling penting yaitu para pengrajin dodol buah naga yang berkaitan langsung dari proses produksi hingga pengemasn. Namun kualitas dodol buah naga yang dihasilkan masih belum stabil. Rasa dan ukuran dodol yang dihasilkan masih bervariarif dan tidak ada standar baku ukuran maupun SOP pembuatan produk sehingga kuiatas yang dihasilan lebih tinggi dan memenuhi minat pasar.  SOP atau standar operasional Prosedure yaitu stnadar kegiatan runtut yang harus dialkukan untuk menghasilkan output, dalam hal ini dodol buah naga. Penyusunan SOP dapat menjadi upaya untuk mengontrol kualitas dodol yang dihasilkan karena semua bahan baku dan metode produksi yang digunakan pada setiap produksi sama dan terjaga. Peningkatan kualitas UMKM dari segi produk yang telah diterima yaiu bahan baku menggunakan Natrium Benzoat, Minyak goreng, Nutrijel Plain, Gula Pasir, Tepung ketan dan Buah naga. Gambaran SOP produksi dodol buah naga yang dianjurkan sesuai pelatihan yang diperoleh agroindustri Puspa Naga yakni sebagai berikut :

  • Menimbang Natrium benzoat kemudian mengencerkannya
  • Menimbang gula pasir sesuai takaran produksi
  • Menimbang tepung ketan kemudian disangrai dan diayak untuk tepung yang lebih halus
  • Mengupas, memotong dan kemudian menghancurkan bahan baku utama buah naga
  • Mencampurkan nutrijel plain, gula pasir, tepung ketan dan buah naga kemudian memasaknya selama kurang lebih 6 jam bersamaan dengan minyak goreg dan natrium benzoat sambil diaduk terus menerus
  • Mendinginkan dodol yang sudah matang selama 12 jam hingga memadat
  • Memotong dodol buah naga dengan ukuran yang sama dan mengemasnya dalam box kardus kemasan kue

Perlengkap terkait denfagn agroindustri dodol buah naga yang sangat penting untuk kegiatan produksi dan pemasaran adalah showcase pendidng untuk mempercepat proses produksi serta rak display produk guna memasarkan langsung di rumah produksi serta  sebagai sarana promosi online.

Pendaftaran merk produk dodol buah naga masih belum dilakukan sehingga untuk pemasaran yang lebih luas masih belum bisa dilakukan. Pengrajin belum mendaftarkan merk produknya dikarenakan keterbatasan biaya dan minimnya informasi terkait regulasinya. Pemasaran dodol buah naga biasanya dilakukan dengan sistem pemesanana oleh warga sekitar untuk acara pribadi masyarakat serta pemasaran melalui festival atau event Kabupaten Banyuwangi. Produk dodol buah naga juga bis amenjadi oleh-oleh khas Banyuwangi dengan menitipkan di gerai toko oleh-oleh yang ada di Banyuwangi. Jnagkauan pemasaran yang lebih luas dapat dialkukan melalui marketplace serta pengiriman langsung ke gerai camilan di luar kota. Namun saat ini pemasaran yang terjangkau masih snagat terbatas. Pengajuan nomor P-IRT dan desain kemasan baru dilakukan dalam pendampingan KKN mahasiswa ITS dengan pendampingan langsung mulai dari pengisian formulir hingga menyiapkan semua persyaratkan yang diperlukan. Desain kemasan yang lebih menarik juga diajukan kepada Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi (Ikasari, 2018).

 

PENUTUP

Dukungan pemerintah dalam pengembangan UMKM olahan produk buah naga termasuk pada UMKM Puspa Naga masih belum optimal. Pelatihan yang telah dilakukan tidak berjalan secara keberlanjutan akibat tidak adanya program lanjutan serta tuurnnya minat petani buah naga dalam mengolah dodol buah naga secara mandiri. Minat yang rendah disebbakan karena keterbatasan sumber daya manusia dari segi keterampilan produksi sehingga mneybabkan kegagalan produk serta kurangnya sumber daya modal untuk pengembangan produk dan bantuan akses pemasaran. Manajemen produksi UMKM Puspa Naga masih snagat terbatas, karena kontrol produk dari kualitas rasa ukuran dan packaging masih kurang menarik minat pasar. Perlu adanya standarisasi (SOP) produksi bagi para pengrajin dodol buah naga di Desa Temurejo. Perisjinan merek produk dan P-IRT juga sulit dilakukann secara mandiri mengingat biaya dan mekanisme yang cukup rumit sehingga adanya pendampingan langsung sangatlan diperlukan. Hal ini akan memperluas pemasaran dan pengemabnagan dodol buah naga sebagai produk unggulan potensial di Kabupaten Banyuwangi sekaligus dapat mentasi permasalahan pendapatan petani buah naga yang fluktuatif.

 

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, R.R. 2019. Analisis Fungsi Dan Efisiensi Tataniaga Buah Naga Organik Desa Jambewangi Kabupaten Banyuwangi. Seminar Nasional INOBALI . Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora. 1(1) : 384-397.

BPS Kabupaten Banyuwangi 2019 : https://banyuwangikab.bps.go.id/publication

Khanif, D. T. Wildana dan Dyah Ochtorina S. 2018. Penguatan Industri Rumah Tangga Dodol Buah Naga Sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Ekonomi Masyarakat Di Desa Temurejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Warta Pengabdian. 12(1) : 221-232.

Ikasari, D. M. 2018. Upaya Pengembangan Desa Agrowisata Melalui Penguatan Agroindustri Terpadu Produk Unggulan Daerah (Buah Naga Dan Jeruk Siam) Di Desa Temurejo, Banyuwangi. Seminar Nasional Ppm.

Lestari, A. S. Dan Eko Budi Santoso. 2018. Identifikasi Aliran Nilai Tambah Komoditas Unggulan Buah Naga di Kabupaten Banyuwangi. Teknik ITS. 7(2) : C119-C124.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun