Manajemen produksi dodol buah naga yang dilakukan oleh UMKM Puspa Naga masih sangat terbatas dari segi kuantitas bahan bbaku, metode produksi, dan peralatan yang digunakan karena masih snagat sederhana. Dodol buah naga memerlukan bahan baku utama buah naga dan bahan tambahan lain, untuk 1 kali produksi. UMKM Puspa Naga memerlukan 10 kg buah naga, 5 kg tape singkong, 3 kg tepung tapioka, 250 gram gula pasir, 2 liter minyak goreng serta tambahan garam. Manajemen produksi yang dilakukan oleh UMKM Puspa Naga masih belum optimal. Packaging yang digunakan masih sederhana dan kurang menarik minat pasar, sehingga pada pelatihan yang dilakukan oleh Khanif dkk (2018) memberikan pelatihan packaging produk dodol buah naga terkait dus produk yang menarik dan biaya yang diperlukan.
Sumber daya yang paling penting yaitu para pengrajin dodol buah naga yang berkaitan langsung dari proses produksi hingga pengemasn. Namun kualitas dodol buah naga yang dihasilkan masih belum stabil. Rasa dan ukuran dodol yang dihasilkan masih bervariarif dan tidak ada standar baku ukuran maupun SOP pembuatan produk sehingga kuiatas yang dihasilan lebih tinggi dan memenuhi minat pasar. Â SOP atau standar operasional Prosedure yaitu stnadar kegiatan runtut yang harus dialkukan untuk menghasilkan output, dalam hal ini dodol buah naga. Penyusunan SOP dapat menjadi upaya untuk mengontrol kualitas dodol yang dihasilkan karena semua bahan baku dan metode produksi yang digunakan pada setiap produksi sama dan terjaga. Peningkatan kualitas UMKM dari segi produk yang telah diterima yaiu bahan baku menggunakan Natrium Benzoat, Minyak goreng, Nutrijel Plain, Gula Pasir, Tepung ketan dan Buah naga. Gambaran SOP produksi dodol buah naga yang dianjurkan sesuai pelatihan yang diperoleh agroindustri Puspa Naga yakni sebagai berikut :
- Menimbang Natrium benzoat kemudian mengencerkannya
- Menimbang gula pasir sesuai takaran produksi
- Menimbang tepung ketan kemudian disangrai dan diayak untuk tepung yang lebih halus
- Mengupas, memotong dan kemudian menghancurkan bahan baku utama buah naga
- Mencampurkan nutrijel plain, gula pasir, tepung ketan dan buah naga kemudian memasaknya selama kurang lebih 6 jam bersamaan dengan minyak goreg dan natrium benzoat sambil diaduk terus menerus
- Mendinginkan dodol yang sudah matang selama 12 jam hingga memadat
- Memotong dodol buah naga dengan ukuran yang sama dan mengemasnya dalam box kardus kemasan kue
Perlengkap terkait denfagn agroindustri dodol buah naga yang sangat penting untuk kegiatan produksi dan pemasaran adalah showcase pendidng untuk mempercepat proses produksi serta rak display produk guna memasarkan langsung di rumah produksi serta  sebagai sarana promosi online.
Pendaftaran merk produk dodol buah naga masih belum dilakukan sehingga untuk pemasaran yang lebih luas masih belum bisa dilakukan. Pengrajin belum mendaftarkan merk produknya dikarenakan keterbatasan biaya dan minimnya informasi terkait regulasinya. Pemasaran dodol buah naga biasanya dilakukan dengan sistem pemesanana oleh warga sekitar untuk acara pribadi masyarakat serta pemasaran melalui festival atau event Kabupaten Banyuwangi. Produk dodol buah naga juga bis amenjadi oleh-oleh khas Banyuwangi dengan menitipkan di gerai toko oleh-oleh yang ada di Banyuwangi. Jnagkauan pemasaran yang lebih luas dapat dialkukan melalui marketplace serta pengiriman langsung ke gerai camilan di luar kota. Namun saat ini pemasaran yang terjangkau masih snagat terbatas. Pengajuan nomor P-IRT dan desain kemasan baru dilakukan dalam pendampingan KKN mahasiswa ITS dengan pendampingan langsung mulai dari pengisian formulir hingga menyiapkan semua persyaratkan yang diperlukan. Desain kemasan yang lebih menarik juga diajukan kepada Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi (Ikasari, 2018).
Â
PENUTUP
Dukungan pemerintah dalam pengembangan UMKM olahan produk buah naga termasuk pada UMKM Puspa Naga masih belum optimal. Pelatihan yang telah dilakukan tidak berjalan secara keberlanjutan akibat tidak adanya program lanjutan serta tuurnnya minat petani buah naga dalam mengolah dodol buah naga secara mandiri. Minat yang rendah disebbakan karena keterbatasan sumber daya manusia dari segi keterampilan produksi sehingga mneybabkan kegagalan produk serta kurangnya sumber daya modal untuk pengembangan produk dan bantuan akses pemasaran. Manajemen produksi UMKM Puspa Naga masih snagat terbatas, karena kontrol produk dari kualitas rasa ukuran dan packaging masih kurang menarik minat pasar. Perlu adanya standarisasi (SOP) produksi bagi para pengrajin dodol buah naga di Desa Temurejo. Perisjinan merek produk dan P-IRT juga sulit dilakukann secara mandiri mengingat biaya dan mekanisme yang cukup rumit sehingga adanya pendampingan langsung sangatlan diperlukan. Hal ini akan memperluas pemasaran dan pengemabnagan dodol buah naga sebagai produk unggulan potensial di Kabupaten Banyuwangi sekaligus dapat mentasi permasalahan pendapatan petani buah naga yang fluktuatif.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, R.R. 2019. Analisis Fungsi Dan Efisiensi Tataniaga Buah Naga Organik Desa Jambewangi Kabupaten Banyuwangi. Seminar Nasional INOBALI . Inovasi Baru dalam Penelitian Sains, Teknologi dan Humaniora. 1(1) : 384-397.
BPS Kabupaten Banyuwangi 2019 : https://banyuwangikab.bps.go.id/publication