Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Money

Fluktuasi Harga Bawang Merah dalam Konteks Ekonomi Pertanian

17 Juni 2020   13:35 Diperbarui: 17 Juni 2020   13:29 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fluktuasi harga berkaitan dengan penawaran yakni ketersediaan bawang merah dan permintaan konsumen. Harga bawang merah yang stabil atau cenderung lebih murah terjadi karena adanya surplur atau ekses penawaran. Ketersediaan bawang merah yang melimpah dan melebihi permintaan dalam negeri menyebabkan pedagang menurunkan harga bawang merah untuk mencapai keseimbangan pasar. Keseimbngan pasar terjadi karena jika harga bawang merah turun maka permintaan akan naik dan seimbang dengan jumlah penawaran (sesuai ukum permintaan). Keadaan surplus yang berlebih menguntungkan penerimaan devisa karena berkesempatan untuk mengekspor bawang merah. Adapun kenaikan harga bawang merah terjadi aibat adanya ekses permintaan. Ketersediaan bawang merah mulai April hingga Juni menurun akibat penurunan luas panen. Jumlah penawaran lebih kecil daripada jumlah permintaan konsumen sehingga harga bawang merah dinaikkan.

Tingginya harga di tingkat konsumen tidak selalu diikuti pada tingkat produsen atau petani. Seringkali terjadi permainan oleh pedagang yang menyebabkan petani dirugikan, selain itu rantai pemasaran yang terlalu panjang juga akan meningkatkan harga yang diterima konsumen. Informasi pasar terkait harga harus segera diakses dan diambil kebijakannya oleh pihak yang berkaitan. Penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh, dkk (2017) menjunjukkan bahwa harga bawang merah pada tingkat konsumen berfluktuasi tinggi sedangakn harga pada tingkat produsen relatif stabil. Margin pemasaran yang tinggi menguntungkan pihak pedagang, sedangkan hasil yang didapat petani relatif tetap akibat infromasi harga pasar yang tidak diteruskan dengan baik. Petani bawang merah tidak bisa menentukan harga karena hanya bertindak sebagai price taker (penerima harga) dari para pelaku pasar. Kebijakan pemerintah terutama menteri perdagangan sangatlah berperan. Kebijakan harga tertinggi harus diterapkan maksimal dengan melakukan pengecekan pasar berkala agar permainan harga dari pedagang bisa diminamilisir. Pihak petani juga harus cerdas dengan mengakses informasi pasar terkait harga di tingkat konsumen.

 Menurut Eriyatno dan Najikh (2012) Pola pertanian industrial dapat diterapkan guna memaksmalkan nilai tambah yang diperoleh petani dan mencegah permainan harga pada tingkat konsumen. Agroindustri memiliki daya saing tinggi di pasaran dalam pengembangan produk yang dapat memberikan keuntungan finansial secara optimal serta tercapainya keberlanjutan ekonomi Agroindustri umumnya dilakukan pada komoditas yang dapat bertahan lama, produk segar seperti sayuran segar umunya langsung dipasarkan oleh petani melalui tengkulak. Penanganan pasca panen yang baik terutama dalam  agroindustri bawang merah bisa diterapkan dengan kerja sama antar petani dengan membentuk suatu kelompok tani. Produk yang bisa dihasilkan salah satunya adalah bawang merah goreng dan sambel. Bawang merah yang telah diolah akan lebih tahan lama, harga produkpun dapat dipengaruhi oleh produsen sesuai biaya produksi. Produk olahan bawang merah lebih mudah dikonsumsi masyarakat karena lebih praktis dan harganya yang tidak berfluktuasi.

Upaya yang sangat penting dilakukan untuk mencegah fluktuasi harga bawang merah adalah dengan menstabilkan produktivitas dalam negeri. Produktivitas tinggi didorong adanya sarana oprasarana serta sumber daya yang memadai. Keterbatasan lahan dapat diakali dengan pertanian intensif. Pemasalahan mahalnya harga bibit bawang merah mendorong pemerintah untuk melalukan subsidi benih yang unggul serta bantuan sarana produksi lainnya. Stabilisasi harga dapat dilakukan dengan penggunaan benih TSS untuk menkan input produksi, memperpendek rantai pemasaran dan pengembangan teknologi penyimpanan bawang merah  (Sahara dan Chanifah, 2018) Budidaya bawang merah harus disamaratakan antar daerah dan diusahakan agar tidak tergantung musim. Penyuluhan budidaya perlu dilakukan agar kendala musim maupun lainnya bisa diantisipasi sehingga produktivitas  dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan hingga dapat mengkespor bawang merah. Perilaku pasar harus terus diawasi untuk mencegah permainan harga oleh pedagang. Kesejahteraan petani, pedagang, dan konsumen menjadi hal utama melalui saluran pemasaran yang optimal.  

PENUTUP

Permasalahan utama terkait komoditas bawang merah adalah fluktuasi harga yang merugikan konsumen maupun petani. Bulan April hingga Juni 2020, hArga bawang merah melonjak tinggi akibat defisit pasokan bawang merah dalam negri.  Defisit pasokan terjadi karena berkurangnya lahan yang memproduksi bawang merah akibat kendala musim dan kekurangan input benih. Surplus ketersediaan bawang merah yang terjadi beberapa tahun terakhir nampaknya tidak bisa menjamin stabilitas harga kedepannya. Peningkatan produksi dalam negeri tidak signifikan sedangkan permintaan pasar terus meningkat. Awal tahun 2020 pemerintah optimis kebutuhan dalam negeri terpenuhi, namun realitanya terjadi ekses permintaan yang menyebabkan harga bawang merah naik. Defisit bawang merah terjadi karena berkurangnya lahan panen, petani banyak yang beralih ke komoditas lain karena faktor musim dan mahalnya input produksi terutama bibit.

Kenaikan harga pada tingkat konsumen tidak selalu diikuti oleh harga yang diterima petani akibat permainan harga. Oleh karena itu petani harus cerdas dalam memperoleh informasi pasar agar harga yang diterima sesuai. Solusi yang tepat yaitu dengan membentuk kelompok tani dengan bermitra dengan pihak pemasar sehingga petani juga ikut berperan dalam penetapan harga. Kelompok tani bisa mendirikan agroindustri bawang merah sehingga menghaslkan nilai tambah dan mengurangi resiko kerugian pasar. Berkaitan dengan menurunnya produksi bawang merah akibat kekurangan modal berupa bibit. Kementerian pertanian dapat mengupayakan subsidi benih yang berkualitas unggul serta melakukan penyuluhan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas seiring meningkatnya permintaan pasar. Produktivitas bawang merah diharapkan terus meningkat dan turut menambah penerimaan devisa negara melalui ekspor. Pemerintah harus menjaga kestabilan harga pasar tetap di bawah harga tertinggi (HET) dengan melakukan pengawasan berkala untuk mencegah permainan harga. Penawaran harus disesuaikan dengan jumlah permintaan begitupun sebaliknya agar tercapai keseimbangan pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Eriyatno dan M. Nadjikh. 2012. Solusi Bisnis untuk Kemiskinan.  Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Maghfiroh, I. S., R. Y. Rahman., I. K. Setyawati, dan A. Zainuddin. 2017. Respon Harga Produsen Terhadap Perubahan Harga Konsumen Bawang Merah di Indonesia. JSEP. 10 (3): 7-15.

Pardian, P., T. I. Noor dan A. Kusumah. 2016. Analisis Penawaran dan Permintaan Bawang  Merah di Provisi Jawa Barat. AGRICORE. 1(2): 149-157.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun