Hingga saat ini, psikologi terus berkembang dan berinovasi mengikuti alur kehidupan manusia yang dinamis. Seperti ketika aliran psikologi eksperimental lahir pada tahun 1879, pada saat itu masyarakat Jerman sudah melek terhadap sains serta para kaum intelek Jerman sedang berfokus dalam mengkaji fisiologi eksperimental. Hal-hal yang berperan bagi kelahiran psikologi eksperimental tersebut dinamakan sebagai semangat zaman atau lebih lanjut dapat disebut sebagai zeitgeist. Zeitgeist pada dasarnya adalah apa yang menjadi perbincangan publik/tren dalam rentang suatu era tertentu.
Sama halnya dengan psikologi eksperimental, lahirnya psikologi transpersonal juga dipengaruhi oleh zeitgeist pada masanya. Psikologi transpersonal lahir secara formal di Amerika Serikat pada tahun 1967 ketika Association of Transpersonal Psychology (ATP) dibentuk oleh beberapa tokoh penting, yaitu Abraham Maslow, Anthony Sutich, Stanislav Grof, James Fadiman, Miles Vich, dan Sonya Margulies. Pada masa itu, dominasi masyarakat di Amerika Serikat adalah masyarakat yang materialistik. Mereka sangat "mendewakan" harta. Kesuksesan bagi mereka adalah ketika mereka memiliki segudang aset, menduduki posisi yang tinggi di pekerjaan mereka, dan lain sebagainya.
Prinsip hidup yang ada pada saat itu membuat segelintir masyarakat merasa tidak nyaman atas kehidupan yang dipenuhi oleh ambisi dan persaingan. Oleh karena itu, muncullah sebuah counterculture–gerakan oposisi yang muncul dengan tujuan melawan suatu budaya yang ada di dalam masyarakat–yang bernama Hippie. Hippie adalah sekelompok orang yang tidak setuju dengan gaya dan prinsip hidup masyarakat Amerika Serikat pada masa itu. Mereka lebih memilih gaya hidup yang bebas dan damai, tidak terikat pada apapun karena mereka menganggap bahwa aturan hanya akan menghalangi diri mereka untuk mencapai titik aktualisasi diri.
Hal tersebutlah yang menjadi zeitgeist dari lahirnya psikologi transpersonal. Psikologi transpersonal ingin menganalisis fenomena munculnya Hippie dan berfokus pada perilaku unik mereka yang ingin hidup secara bebas. Selama ini, aliran psikologi mainstream hanya berfokus pada perilaku manusia yang dapat dilihat secara nyata dan tertangkap oleh indera. Namun, lain halnya dengan psikologi transpersonal. Aliran ini justru berfokus pada pengalaman unik setiap individu, bahkan pengalaman-pengalaman yang bersifat spiritualis dan tak nampak oleh indera. Psikologi transpersonal menganggap bahwa pengalaman batin (mindfulness) yang tak nampak justru adalah pengalaman murni yang melampaui batas pikiran manusia sehingga dapat membuat manusia dapat lebih jauh mengenali dirinya sendiri.Â
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam psikologi transpersonal meliputi:Â
1. Kebebasan
Psikologi transpersonal mengakui bahwa setiap manusia memiliki keunikannya tersendiri. Maka dari itu, aliran ini memvalidasi kebebasan bagi individu dalam berpikir dan berperilaku karena hal tersebutlah yang menjadi jembatan bagi diri mereka untuk mengalami pengalaman batiniah.Â
Psikologi transpersonal berusaha memahami sisi mentalistik manusia yang tak nampak oleh indera dan berada di tingkat yang lebih tinggi. Hal tersebut mencakup seperti kepercayaan, bahkan hal-hal gaib, dan lain sebagainya.Â
3. Aktualisasi diri
Melalui konsep mindfulness yang diusung oleh aliran ini, psikologi transpersonal mendukung pertumbuhan diri setiap individu dalam rangka mencapai titik aktualisasi diri mereka.Â
Seperti yang kita ketahui, masyarakat masa kini telah mengalami banyak perubahan. Dimulai dari gaya hidup, kultur, hingga norma, semuanya telah berbeda. Namun, satu hal yang tidak berubah, yaitu sifat materialistik yang masih terus digaung-gaungkan. Bahkan, di masa sekarang, kita mengenal fenomena "FOMO" yang merupakan singkatan dari Fear Of Missing Out. FOMO adalah salah satu fenomena yang ada di masyarakat modern di mana mereka takut tertinggal oleh orang lain. Hal tersebut berdampak secara signifikan pada titik kepuasan individu. Dengan adanya fenomena ini, masyarakat semakin sulit untuk merasa puas akan apa yang mereka miliki. Hal tersebut membuat masyarakat terus-terusan bersaing hingga tak jarang membuat mereka kehilangan identitas dirinya sendiri.Â
Identitas diri adalah hal yang krusial untuk dimiliki oleh setiap dari manusia. Ironinya, hal tersebut kurang mendapatkan perhatian di era masyarakat masa kini. Padahal, identitas diri adalah yang menjadikan antar individu unik. Bayangkan, seberapa jenuhnya dunia ini jika kita dipertontonkan hal-hal yang sama setiap harinya?
Maka dari itu, prinsip-prinsip yang terkandung di dalam psikologi transpersonal adalah jawaban atas masalah ini. Psikologi transpersonal ingin mengingatkan masyarakat modern akan beberapa hal, di antaranya:Â
1. Berfokus pada diri sendiri
Menaruh atensi berlebihan pada hal-hal di luar diri kita hanya akan semakin memudarkan identitas diri yang kita miliki. Psikologi transpersonal ingin mengajak kita semua untuk berfokus terhadap apa yang kita miliki.Â
2. Pertumbuhan diri
Seiring dengan proses berfokus pada diri sendiri, psikologi transpersonal juga ingin mengingatkan agar kita tidak lupa untuk mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki agar dapat memaksimalkan kehidupan yang kita miliki.Â
3. Mensyukuri kehidupan yang dimiliki
Psikologi transpersonal mengakui bahwa setiap manusia memiliki keunikannya sendiri. Jadi, untuk apa iri terhadap kehidupan orang lain?Â
Pada dasarnya, FOMO hanyalah sebagian dari ketakutan yang kita miliki. Ketakutan-ketakutan tersebut harus kita hadapi dan lawan. Psikologi transpersonal dapat menjadi pondasi yang efektif dalam menghadapi fenomena tersebut. Let us say no to FOMO!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H