Marni...
Marni...
Hah! Aku melompat dari tempat tidurku, cepat aku membukakan pintu untuk suara yang aku nantikan dua minggu belakangan ini. Ceklek! Aku melihat dia dengan gaun biru tipis hingga lutut, cantik. Aku tersipu malu. Lututku lemas sekali.
"Tante... "
"Marni..."
"Ibu sudah berangkat Tante... jam tujuh tadi seperti biasa"
"Iya, Tante tahu kok" katanya sambil mengambil sejumput rambut yang menutupi wajahku kemudian menyelipkan di belakang telingaku. Serrr. Berdesir merdu darahku, bulu-bulu halus di sekujur tubuhku berdiri tegak.
-
Aku tak ingat lagi siapa yang memulai, kami saling menyentuh satu sama lain. Di atas sofa lapuk kesukaan Ibu. Nafasku tertahan saat dia mendekatkan wajahnya, kemudian mencium kening, kedua pipi, dagu, hidung, sudut bibir, dan... mencium bibirku, pelan dan lembut. Aku tak tahu ini rasa apa, tapi sungguh sangat manis. Ini yang pertama.
Aku biarkan dia berlaku sesuka hati terhadap bibirku, hingga aku siap. Aku pun membalasnya. Pelan, lembut, dan lebih manis.
-