-
Dua minggu ini, Ibu berangkat dan pulang sendirian. Dua minggu ini pula aku mandi lebih awal dari biasanya,jam enam sore. Aku menyemprotkan parfum murahan yang kubeli dari toko di ujung gang. Aku menyisir rambutku pelan dan menatanya hingga menurutku tepat. Terkadang aku mengoles tipis lipstick punya Ibu pada bibirku yang penuh. Setelahnya aku duduk manis di ruang depan dan membariskan buku-buku pelajaranku, menunggunya datang. Setiap sore seperti itu. Sepertinya aku memang sudah gila.
Perhatian Sabar yang berbentuk selembar kertas tak lagi menarik hatiku, aku mau perhatian dan kasih sayang dari dia. Tapi sudah dua minggu dia tak datang.
Aku rindu!
Tak sadar tanganku mengelus lembut pipi kananku lagi dan lagi. Tak kuat lagi aku menahan rasa ini, aku beranikan bertanya pada Ibu sore ini sambil mengamati Ibu berdandan.
"Ibu, Tante Lia kok gak pernah datang lagi, biasanya kan jemput Ibu" tanyaku sambil memutar-mutar syal Ibu.
"Ada kerjaan di luar kota, besok juga sudah pulang"
Fiuuuh, lega rasanya mengetahui kabarnya. Besok dia pulang, dan akan kembali menjemput Ibu. Akhirnya...
"Oh, Marni kirain sakit..."
"Nggak sakit, ambilkan cukur Ibu di kamar mandi, ini alis sudah berantakan lagi..."
Aku melompat, mengambilkan cukur Ibu dari kamar mandi.