"Ibu lama sekali ya, Marni lihat dulu ya Tante..."
Itu cuma alasan karena aku tak kuat dipandangi seperti itu. Jantungku juga berdetak tak karuan. Aku masuk ke kamar dan mendapati Ibu sedang memoles bibirnya yang menghitam dengan lipstik merah menyala.
"Ibu sudah ditunggu sama Tante Lia, kasihan... Udah dari tadi"
"Temani ngobrol dulu sana, sebentar lagi kok..."
Aku kembali ke depan, dan mendapati Tante Lia sedang memegang buku catatanku. Aku kikuk sekali.
"Sebentar lagi Tante, tinggal riasan wajah"
"Tulisan kamu cantik Marni"
Deg! Aku kembali dag dig dug, aku menghampiri Tante Lia sambil meremas jari jemariku. Aku mengambil kembali bukuku dari tangannya.
"Sini duduk di samping Tante saja Mar..." pintanya, aku menolak, aku tak mau kelihatan bodoh di sampingnya. Untung Ibu sudah selasai berdandan. "Langsung jalan aja yuk ..." ajak Ibuku. Tante Lia bangun dari duduknya.
"Sus, kok gak pernah cerita punya anak gadis yang sangat cantik" kata Tante Lia sambil menghampiriku cepat dan "Cup!" Tante Lia mengecup pipi kananku.
Seketika pandanganku berkunang-kunang, tak lagi aku mendengar Ibu mengomeli Tante Lia. Bahkan Ibu pamit pergi saja, tak lagi aku dengar. Tangan kananku meraba pelan pipi kananku. Panas!