Aku hanya mengangguk setuju dan menuruti maunya dia. Alina, dia nggak berubah sama sekali, sikapnya, cara dia memperlakukanku, caranya berbicara denganku, nggak ada yang beda, padahal I've changed so much, haven't I? Sejak lima tahun yang lalu, aku lupa caranya berteman dengan Alina dan aku nggak ngerti cara bersosialisasi dengan orang-orang baru.
All I know, I lost her and I lost my self. But still, thank God, I am not losing my mind.Â
"Kita parkir disini aja ya Def, kalo parkir tepat di depan toko bunganya sempit banget sampe makan badan jalan, males gue kalo jadinya macet."
Alina memarkirkan mobilnya di sebuah lahan kosong, nggak jauh dari toko bunga yang ia maksud. Aku (lagi-lagi) hanya mengangguk setuju.
Alina melepas seatbeltnya, bersiap-siap untuk keluar dari mobil "gue aja yang beli bunganya, lo tunggu sini aja."
Gue ngangguk-ngangguk lagi, lo kenapa sih Def? bisanya cuma ngangguk doang dari tadi?
"Al, Krisan ya Al..!" gue berseru saat Alina mencoba menutup pintu mobil.
"Hah!? Apa lo bilang Def??" tanyanya sambil membuka kembali pintu mobil.
"The flower that she liked......, it was...Chrysanths."
Alina cuma tersenyum sebentar setelah aku menyebutkan nama bunganya. "Ya, I know Def, I remember, there's nothing about you I want to forget"
(To Be Continue)