(Baca juga: Handphone Baru)
"Apa kabar Def?" sapanya ketika dia melihatku mendekat. Aku sempat terpaku, kira-kira dua sampai tiga detik sebelum akhirnya menjawab pertanyaannya. Well, this is not a dream because I'm not asleep. Lima belas menit setelah mencoba untuk tidur, Bi Imah memanggilku dan berkata kalau perempuan ini sudah menungguku.
"Gue.. baik" Crap. Datar banget jawabanku.
Sambil tersenyum, kemudian dia mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku. Aku menyalam tangannya yang lembut, mengikuti tradisi orang Indonesia bila sudah lama tak berjumpa.
"Kemaren Diffin bilang kalau lo hari ini bakal nyampe Jakarta. Dia bilang lo mau ziarah. So, I come here just to say 'hi'. How was the flight?"
Namanya Alina Wiradhiarto, my puppy love. Aku kenal Alina sejak 12 tahun yang lalu, saat keluargaku baru saja pindah ke komplek perumahan ini.
"It was good, I think" Shit. Why I can't light up this awkward moment?
Alina menanggapi jawabanku dengan tersenyum. "lo mau ziarah sekarang? Kalo mau biar gue temenin, kita bisa pake mobil mamaku."
Karena hari itu aku sedang rindu, tanpa banyak bicara, aku mengangguk mau.
Rumah Alina tepat di depan rumahku. Sewaktu pindah kesini, ayahku masih bingung memilih sekolah baru untukku. Akhirnya setelah bertemu dan berkenalan dengan keluarga Alina yang lebih dulu tinggal di komplek ini, Ayahku menyekolahkanku di sekolahnya Alina, alasannya biar aku langsung punya teman, dan akhirnya kami jadi berteman dekat karena sampai SMA, kami bersekolah di sekolah yang sama. Namun sekarang aku nggak yakin, apakah kami masih berteman dekat?
 "Gue aja yang nyetir ya Def. siapa tau lo masih capek-capek jetlag, karena ntar kita mampir ke pasar dulu kan mau beli bunga."