Kelima, teknologi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mau tidak mau  memengaruhi dinamika pembangunan maritim di Indonesia dan komunitas dunia lainnya.Â
Dalam bidang perikanan budidaya negara-negara yang kuat dalam bidang perikanan dan kelautan telah mengembangkan teknologi tinggi yang efisien. Diantaranya teknologi yang efisien dalam penggunaan pakan dan tanpa limbah, pemanfaatan digitalisasi dalam sistem monitoring (suhu, salinitas, kandungan oksigen, dan kesadahan) hingga pemanenan. Dampaknya produktivitasnya tinggi dan berdaya saing. Teknologi bioflok jadi solusi  mengatasi infesiensi pakan dalam budidayakan udang dan ikan air tawar. T
eknologi Grow fish Anywhere (GFA) Â temuan Israel amat efisien dalam membudidayakan ikan laut tanpa mengganti airnya, bebas bahan kimia hingga mampu diterapkan dalam lingkungan manapun. Sama halnya juga dengan teknologi recirculating aquaculture system (RAS) ala Norwegia yang hemat air (daur ulang), rendah biaya produksi dan mampu mengatasi dampak perubahan iklim global. Di Indonesia sudah berhasil dipraktikan dalam pembenihan dan pembudidayan ikan Bubara/Kue (Caranx inobilis) di Teluk Ambon dan Sea Farming di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta.
Pasca 47 tahun Deklarasi Djuanda yaitu Hari Nusantara 13 Desember 2019 mestinya bangsa Indonesia menjadikannya sebagai momentum untuk memperkuat komitmennya dalam   mewujudkan PMD dan cita-cita Negara Maritim. Visi PMD jangan sampai berhenti di tengah jalan dan mengabaikan agenda prioritasnya terutama mengangkat derajat masyarakat pesisir yang selama ini termarjinalkan. Lewat lima pilar pembangunan kemaritiman di atas, Indonesia bakal jadi negara maritim dan pusat gravitasi ekonomi maritim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H