TRILOGI EKONOMI KEPULAUANÂ
Oleh: Muhamad Karim
Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim/
Dosen Universitas Trilogi Jakarta
Tanggal 20 Oktober 2019, Presiden dan Wakil Presiden terpilih hasil Pemilu 2019, Jokowi-Ma'aruf Amin akan dilantik. Mereka mesti melanjutkan visi poros maritim dunia (PMD) yang dicanangkan periode 2014-2019. Jangan sampai kandas di tengah jalan. Mereka juga mesti mengembangkan strategi yang tepat dikaitkan dengan era industri 4.0. Pasalnya tataran implementasinya sangat berkaitan dengan posisi geografi dan geopolitik kepulauan Indonesia. Nantinya, bakal memengaruhi dinamika ekonomi lokal yang berimplikasi secara nasional, regional hingga global. Â Mengapa? Â Diperkirakan 2030 posisi ekonomi kelautan berperan dalam percaturan perekonomian dunia. Laporan OECD 2016 meliris bahwa ekonomi maritim dunia bakal berkembang dua kali lipat (USD 3 triliun) pada tahun 2030. Indonesia memanfaatkan momentum ini agar agar berkontribusi bagi perekonomian nasional. Pasalnya potensi ekonomi kepulauan beserta sumber daya alamnya jadi modal utama buat bertransformasi menjadi kekuatan gravitasi ekonomi dunia berbasis maritim.
Ekonomi Kepulauan
Secara geopolitik dan geoekonomi, trilogi ekonomi kepulauan mencakup tiga hal utama: kota pantai dan areal bisnisnya, kepelabuhanan dan transportasi laut (pelayaran) antar pulau. Pertama, sekitar 300 kabupaten/kota di Indonesia berlokasi di kepulauan dan wilayah pesisir. Kondisi ini mengisyaratkan potensi kekuataan ekonomi kepulauan berbasis maritim. Â Mau tak mau di masa kota-kota pantai tersebut mesti mengadaptasikan dirinya dengan penggunaan teknologi digital. Kini, di dunia berkembang pesat konsep smart coastal city. Kota yang menggunakan teknologi digital dan ramah lingkungan. Mengapa demikian? Praktis kota -- kota pesisir Indonesia mesti bakal beradaptasi dengan kemajuan ini agar menjadi pusat aktivitas bisnis dan perdagangan antar pulau dan interseluler. Apalagi kota-kota tersebut memiliki komoditas strategis yang ikonik.Â
Kedua, berkembangnya pelabuhan bertaraf hub internasional. Pelabuhan ini mesti menerapkan teknologi digital dalam manajemennya. Pelabuhan ini bakal menjamin arus lalulintas barang dan jasa yang diangkut kapal laut, lebih cepat, mudah dan efisien. Sejak tahun 2015, pemerintah telah membangun kapal tol laut. Kapal ini dapat mengangkut barang, pelayanan jasa dan manusia. Berkembangnya pelabuhan bertaraf internasional dan terstandarisasi bakal mendorong perkembangan pusat bisnis, industri jasa, dan permukiman.
Ketiga, tersedianya transportasi laut dari berbagai ukuran yang memadai dengan pelayanan prima berbasis digital. Jenisnya mulai  kapal penumpang, kargo, kontainer hingga perintis. Ketersediannya bakal mempercepat mobilitas manusia, barang dan jasa antar pulau maupun internasional. Inilah nilai geopolitik dan geostrategisnya. Transportasi laut bakal menyatuhkan pulau-pulau besar maupun kecil lewat aktivitasnya. Makanya, memperkuat transportasi laut sama nilainya dengan menjaga  eksistensi negara.
Dorongan Ekonomi
Mendorong trilogi ekonomi kepulauan ini membutuhkan, pertama, komoditas strategis yang bersifat ikonik dari suatu daerah. Misalnya, pulau Komodo, NTT sudah menjadi ikon wisata internasional. Begitu pula Raja Ampat, di Papua Barat. Dulu pulau Run di Maluku Utara jadi ikon rempah-rempah, hingga Belanda mau menukarnya dengan Manhattan di Amerika Serikat. Madura sebagai pulau garam sudah ikonik sejak zaman Majapahit. Tinggal bagaimana teknologi pergaraman yang terbaik dintroduksikan dan dikuasai rakyat hingga meningkatkan produktivitas dan efisiensinya. Kedua, akses teknologi informasi berbasis digital dapat memperlancar arus informasi dan menjamin dinamika pasar. Ia berperan sebagai instrumen pendukung dan mengurang asimetri informasi. Pada gilirannya, masyarakat bakal melek dan mudah mengakses pasar, harga, dalam mengelola  aktivitas ekonominya secara mikro. Pada tataran makro-struktural bakal berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan regional.  Imbasnya, perputaran ekonomi nasional dan antar daerah bakal berkembang pesat. Nantinya, tercipta gravitasi ekonomi nasional berbasis kemaritiman. Dinamikanya bergerak dari level lokal (daerah), nasional, regional hingga global.