Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merana

26 Juli 2022   09:01 Diperbarui: 26 Juli 2022   09:02 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indahnya merana

Merasa bahwa dunia tak akan pernah bahagia

Tak kenal cinta

Bersahabat dengan sengsara

Aku tak pernah menjilat hal ini sebelumnya

Aku kira, merana akan membuatku tersiksa

Namun kusalah

Sebab merana mengajakku menari dan bersukaria

Aku sangka, merana pahit bagai obat sakit mata

Namun aslinya semanis gula-gula

Merana, aku menyukainya

Tersiksa, aku menantimu dengan cinta

Menderita, bersamamu aku bahagia

Terima kasih merana

Mendengarkan kisahku yang penuh luka

Yang kaubalas dengan duka dan derita

Aku berbicara dalam darah

Menangis dalam serakah

Dan kau hapus air mataku

Dengan tawa dan cacian penuh luka

Merana, apakah kau bisa hidup bersamaku

Apakah kita bisa menikah saja?

Dan mungkin akan menghasilkan merana-merana yang baru

Yang lucu, yang merah, yang membuat manusia merana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun