Pandemi Covid-19 melumpuhkan banyak sektor, tak terkecuali sektor ekonomi. UMKM sebagai tulang punggung perekonomian bangsa dengan kontribusinya yang sangat besar pun terkena imbasnya. PIP berusaha membantu UMKM yang terdampak dengan memberikan relaksasi pembayaran kewajiban pokok pinjaman bagi Program Kredit UMi.
Permodalan menjadi momok yang terkadang menghambat operasional usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selain akses pemasaran dan teknologi. Tak sedikit UMKM yang harus menutup bisnisnya untuk beberapa saat atau bahkan selamanya akibat kendala permodalan.Â
Pusat Investasi Pemerintah (PIP) hadir guna membantu di bidang pembiayaan UMKM dengan memberikan fasilitas maksimal Rp 10 juta kepada debitur yang selama ini tidak bisa mengakses pembiayaan perbankan dan program Kredit Usaha Rakyat.
Sumber pembiayaan UMKM tersebut berasal dari APBN, hibah atau kerja sama pendanaan dan investasi. Dana yang diperoleh UMKM selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk memajukan skala usaha.
Kita patut bersyukur sebab saat ini semakin banyak pihak yang memberi perhatian  dan peduli pada pengembangan UMKM. Tentunya kolaborasi semua pihak dapat membantu UMKM meningkatkan daya saing baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Ke depannya UMKM dengan sustainabilitas bisnis yang baik dapat berperan dalam pengembangan produk, peningkatan kualitas sumber daya manusia, hingga penguatan penetrasi pasar. Bukan tidak mungkin UMKM mampu menopang perekonomian negara, terutama saat terjadi krisis.
Tak perlu jauh-jauh, saya menyaksikan tutupnya beberapa warung makan di sekitar rumah. Selain itu beberapa lapak di pasar pun tutup. Pedagang yang biasanya ramai berkeliling dengan gerobak kini hanya satu dua yang terlihat.
Tak hanya usaha yang bergerak di bidang barang, usaha yang bergerak di bidang jasa juga terkena imbasnya. Sedikitnya pembeli yang datang memaksa mereka menutup sementara usahanya.
Saat bulan Ramadhan, biasanya banyak penjual yang menggelar dagangan takjilnya di tepi jalan. Namun saya perhatikan hanya sedikit penjual dengan pembeli yang sedikit pula. Itupun dengan variasi takjil yang tak sebanyak Ramadhan tahun lalu.
Tak ada yang menduga, tahun 2020 harus dijalani dengan duka tak berkesudahan. Nyatanya kepedihan itu harus dihadapi di bulan ketiga tahun ini. Bulan yang seharusnya masih diselimuti semangat membara dengan harapan memperbaiki hidup menjadi lebih baik.