Euis mengamati, perkembangan TEI tiga tahun terakhir ini terbilang bagus. Ia menyarankan event ini harus sering diadakan, tidak hanya di Indonesia juga di negara lain. Dengan demikian semakin banyak orang mengenal produk Indonesia yang beragam. "Saya support sekali dan mengapresiasi," tutur Euis.
Dalam operasional usahanya, Raja Serayu didukung perajin dari dua kecamatan. Selain melalui pameran, Raja Serayu juga dipasarkan online. Sampai sekarang semua kendala bisa diatasi Euis. Ia berencana melakukan pengembangan produk, tentunya dengan melihat pasar. Sebelum membidik suatu negara, Euis harus mengerti perilaku konsumennya. Dengan demikian produknya lebih mudah diterima.
Terkait dukungan pemerintah, Euis melihat pemerintah dan pelaku UKM ibarat ibu dan anak. Tidak mungkin seorang ibu menelantarkan anaknya. Demikian pula dengan pemerintah yang selalu membina pelaku UKM. Euis berharap Kemendag membina wirausaha-wirausaha muda. Mendorong anak muda menjadi entrepreneur, menciptakan lapangan kerja.
Memperluas Pasar
Maria Pancariawati bersama suaminya Bernard Molan memulai usaha pada 2014. Usaha yang diberi nama Ria's Bag tersebut memiliki varian produk tas dan dompet. Bahannya dari lontar. Ria ingin mengangkat nilai jual lontar yang selama ini kurang. "Saya juga ingin produk dari lontar semakin dikenal dengan beragam fungsi dan inovasinya," kata Ria.
Daun lontar tak asing dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Flores Timur. Mereka kerap  mengolah daun tersebut menjadi kipas tangan dan keranjang. Bahkan alat musik khas NTT, sasando dibuat dari daun lontar. Ria's Bag memadukan lontar dengan pewarna alami, seperti akar mengkudu dan daun indigo. Ria's Bag, usaha yang tidak hanya berbasis lingkungan, juga memberdayakan perajin dari Flores Timur.
Ria menyampaikan, pada April 2018 Kemendag melakukan seleksi terhadap pelaku UKM di  Flores Timur. Ria's Bag lolos bersama Du'Anyam hingga bisa mengikuti TEI.
Raja Serayu