Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Prestasi Atlet Indonesia dalam Asian Games 2018, Bukan Tanpa Proses

6 September 2018   00:06 Diperbarui: 6 September 2018   01:58 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi bersama atlet berperestasi Asian Games 2018. (foto dokumentasi pribadi)


Asian Games 2018 menciptakan lompatan prestasi yang luar biasa dari atlet Indonesia. Apa hal yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya? Bagaimana cerita di balik layar dan rencana ke depan?

Pada 3 September 2018 Forum Merdeka Barat 9 menyelenggarakan diskusi dengan tema 'Atlet Kita Prestasi Bangsa'. Diskusi tersebut menghadirkan Menteri Pemuda dan Olahraga  Imam Nahrawi, atlet lari gawang Emilia Nova, atlet panjat tebing Aries Susanti, Puji Lestari dan Aspar Jaelolo serta pelatih panjat tebing Hendra Basir. 

Diskusi tersebut diawali dengan pembukaan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken. Beliau menyampaikan, sebuah  kebanggaan Indonesia naik dari peringkat 8 ke peringkat 4 dengan 31 medali emas. Medali emas itu menjadi yang terbanyak setelah Asian Games 1962 dengan 11 medali. Pencapaian Indonesia dalam Asian Games 2018 memunculkan kebanggaan dalam diri bangsa Indonesia.

Secara total Indonesia meraih 98 medali dengan 24 medali perak dan 43 medali perunggu. Dalam pelaksanaan Asian Games sebelumnya, pada 1998, 2002, 2006, 2010, dan 2014 Indonesia secara berturut-turut hanya mampu menduduki peringkat 11, 14, 22, 15, dan 17. Masyarakat Indonesia berterima kasih kepada para atlet yang luar biasa dan pelatih. Mereka telah menorehkan tinta emas pada dunia olah raga Indonesia. "Pemerintah sangat serius dalam pembinaan prestasi atlet dengan dikeluarkannya Perpres Nomor 95 Tahun 2017 dengan pembiayaan yang lebih baik," kata Rosarita.

Diharapkan kerja keras para atlet yang membanggakan ini bisa menginspirasi generasi muda untuk berjuang tidak kenal lelah, konsisten, dan persisten demi nama Indonesia di tingkat dunia. Masyarakat Indonesia juga berterima kasih kepada Imam yang setiap harinya memikirkan prestasi atlet Indonesia dalam Asian Games. 

Imam berterima kasih atas dukungan dan doa masyarakat terkait kesuksesan Asian Games baik dalam penyelenggaraan maupun prestasi. Beliau bersyukur dan bergembira atas pencapaian tersebut. Dengan demikian martabat dan harga diri bangsa bisa sejajar dengan negara-negara lain melalui prestasi yang diraih para atlet. "Kita tidak tahu perjuangan mereka. Bertahun-tahun mengorbankan semuanya, tidak bisa berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Saat Idul Fitri mereka ada di medan juang atau berlatih. Mereka adalah pahlawan kita," ujar Imam. 

Atas prestasi tersebut, pemerintah memberikan penghormatan dan penghargaan yang  spektakuler berupa bonus. Atlet peraih medali emas tunggal memperoleh bonus Rp 1,5 miliar, ganda (masing-masing Rp 1 miliar), dan beregu (masing-masing Rp 750 juta). Atlet peraih medali perak tunggal (Rp 500 juta), ganda (masing-masing Rp 400 juta), dan beregu (masing-masing Rp 300 juta). Atlet peraih medali perunggu tunggal (Rp 250 juta), ganda (masing-masing Rp 200 juta), dan beregu (masing-masing Rp 150 juta). Bonus untuk para atlet tersebut merupakan bonus terbesar yang sebelumnya Rp 400 juta dan tercepat pencairannya sepanjang sejarah. "Rencananya akan diberikan 2-3 bulan menunggu Asian Para Games tapi Presiden Jokowi memberikan bonus sebelum peluh mereka kering," kata Imam. 

Presiden Jokowi mengatakan, tidak boleh ada bonus dengan perbedaan nominal yang besar. Pasalnya perjuangan para atlet sungguh luar biasa. Pelatih dan asisten pelatih pun diberikan bonus dengan besaran bervariasi. Selain itu para atlet peraih medali emas, perak dan perunggu diberikan status PNS dengan pekerjaan di lapangan, bukan di balik meja. "Kami sedang upayakan para atlet yang berprestasi diangkat sebagai dosen terbang di perguruan tinggi karena pengalaman mereka yang memotivasi mungkin tidak didapatkan di bangku kuliah," ujar Imam. 

Imam berharap, semangat para atlet harus terus dijaga. Api itu tidak boleh redup karena di depan masih banyak tantangan. Imam mencontohkan, atlet panjat tebing yang akan mengikuti kejuaraan dunia di Austria dan China. Try out itu harus diperbanyak sehingga para atlet bisa lebih banyak bertemu dengan juara Asia dan juara dunia. Suasana keunggulan itu perlu dibangun. "Semakin banyak bertanding kita pasti bisa mengalahkan juara dunia," tutur Imam.

Pembinaan Atlet

Apa resep rahasia dalam pembinaan atlet sekarang dan sebelumnya? Imam menyinggung pemangkasan rantai birokrasi dalam pembinaan atlet menjadi lebih singkat, dari Kemenpora langsung ke induk organisasi cabang olah raga. Selain itu Kemenpora berkantor di pelatnas, salah satunya dengan mengunjungi Yogyakarta. Di sana Imam tidak hanya menemani menemani para atlet berlatih, juga mencatat dan membandingkan rekor mereka. Dengan demikian pengambil kebijakan mengetahui perjuangan keras para atlet dan mengubah mindset kebijakan. "Waktu itu saya menyatakan target 16-20 medali. Alhamdullilah bisa dibuktikan dengan 31 medali emas," kata Imam.

Sehubungan dengan Asian Para Games yang akan diselenggarakan pada 6-13 Oktober mendatang, Imam menyampaikan semangat harus dijaga. Dengan demikian pelaksanaan event tersebut menjadi lebih meriah. Pasalnya tidak mudah menyambut teman-teman disabilitas dari negara-negara Asia dengan kondisi yang terbatas. Untuk itu diperlukan volunteer yang hebat. Menjadi tantangan tersendiri terkait pintu masuk, lift, sampai venue yang bisa diakses kaum disabilitas dengan suasana yang lebih kondusif dan psikologi yang lebih terjaga. "Kita berharap opening dan closing Asian Para Games lebih meriah," tutur Imam. 

Imam memandang Indonesia kini telah menjadi bagian dari masyarakat dunia. Tidak salah ketika pemerintah menargetkan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Sehubungan dengan cabang olah raga pencak silat yang dipertandingkan untuk pertama kalinya pada Asian Games 2018, direncanakan adanya eksibisi di Olimpiade 2020. Pemerintah sudah melakukan korespondensi dengan pemerintah Jepang dan panitia olimpiade agar pencak silat dipertandingkan dalam Olimpiade 2020. Pencak silat menjadi penting untuk dipertandingkan dalam Asian Games. Pasalnya cabang olahraga tersebut merupakan bagian dari menjaga martabat bangsa dan warisan budaya yang sedang diperjuangkan. 

Pencapaian Indonesia dalam Asian Games 2018 dinilai Imam membuka kesempatan bagi dunia usaha atau korporasi terlibat secara langsung sebagai pemberi bonus dan ayah asuh bagi masing-masing cabang olah raga dalam pengembangan dan pembinaan atlet serta promosi atlet berbakat. Diharapkan program tersebut bisa dilakukan secara sistematis dengan sponsor yang rutin. "Harus disiapkan kampus-kampus berbasis olah raga. Kita tahu salah satu tempat memunculkan atlet itu dari sekolah, kampus, atau klub," kata Imam. 

Fokus Kemenpora saat ini adalah olimpiade. Banyak muncul pemecahan rekor di Asian Games 2018. Untuk itu pembinaan perlu dimaksimalkan sepanjang dua tahun ini. Imam menyinggung sport science, ilmu pengetahuan yang mengukur kecepatan atlet, mengukur otot atau tulang, recovery pasca cedera, sampai kebutuhan psikologis para atlet. "Bagaimana atlet ini dikawal dengan psikolog yang mendengarkan kegundahan atau kegalauannya. Harus ada expert yang mendampingi setiap harinya. Kalau ada masalah harus ditangani segera," ujar Imam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun