Sehubungan dengan Asian Para Games yang akan diselenggarakan pada 6-13 Oktober mendatang, Imam menyampaikan semangat harus dijaga. Dengan demikian pelaksanaan event tersebut menjadi lebih meriah. Pasalnya tidak mudah menyambut teman-teman disabilitas dari negara-negara Asia dengan kondisi yang terbatas. Untuk itu diperlukan volunteer yang hebat. Menjadi tantangan tersendiri terkait pintu masuk, lift, sampai venue yang bisa diakses kaum disabilitas dengan suasana yang lebih kondusif dan psikologi yang lebih terjaga. "Kita berharap opening dan closing Asian Para Games lebih meriah," tutur Imam.Â
Imam memandang Indonesia kini telah menjadi bagian dari masyarakat dunia. Tidak salah ketika pemerintah menargetkan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Sehubungan dengan cabang olah raga pencak silat yang dipertandingkan untuk pertama kalinya pada Asian Games 2018, direncanakan adanya eksibisi di Olimpiade 2020. Pemerintah sudah melakukan korespondensi dengan pemerintah Jepang dan panitia olimpiade agar pencak silat dipertandingkan dalam Olimpiade 2020. Pencak silat menjadi penting untuk dipertandingkan dalam Asian Games. Pasalnya cabang olahraga tersebut merupakan bagian dari menjaga martabat bangsa dan warisan budaya yang sedang diperjuangkan.Â
Pencapaian Indonesia dalam Asian Games 2018 dinilai Imam membuka kesempatan bagi dunia usaha atau korporasi terlibat secara langsung sebagai pemberi bonus dan ayah asuh bagi masing-masing cabang olah raga dalam pengembangan dan pembinaan atlet serta promosi atlet berbakat. Diharapkan program tersebut bisa dilakukan secara sistematis dengan sponsor yang rutin. "Harus disiapkan kampus-kampus berbasis olah raga. Kita tahu salah satu tempat memunculkan atlet itu dari sekolah, kampus, atau klub," kata Imam.Â
Fokus Kemenpora saat ini adalah olimpiade. Banyak muncul pemecahan rekor di Asian Games 2018. Untuk itu pembinaan perlu dimaksimalkan sepanjang dua tahun ini. Imam menyinggung sport science, ilmu pengetahuan yang mengukur kecepatan atlet, mengukur otot atau tulang, recovery pasca cedera, sampai kebutuhan psikologis para atlet. "Bagaimana atlet ini dikawal dengan psikolog yang mendengarkan kegundahan atau kegalauannya. Harus ada expert yang mendampingi setiap harinya. Kalau ada masalah harus ditangani segera," ujar Imam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H