Kita ketahui bersama bahwa tahun 2018 merupakan momen kedua Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games. Pada 1962 untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games. Ajang ini bukan sebuah peristiwa olahraga semata, juga menjadi kesempatan UKM mendapat manfaat dari penyelenggaraan Asian Games 2018 guna menuju Indonesia maju.
Pada 15 Agustus 2018 lalu Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan diskusi dengan tema "UKM Menangkap Peluang Asian Games 2018". Diskusi tersebut menghadirkan 3 pembicara, yakni Direktur Utama LLP-KUKM Emilia Suhaimi, Direktur Merchandise INASGOC Mochtar Sarman, dan Business Development and Sales Officer Du'Anyam Juan Firmansyah. Asian Games diyakini memberikan peluang bagi UKM dalam memasarkan produk kepada kurang lebih 15 ribu kontingen dari sekitar 45 negara.
Salah satu perusahaan tersebut adalah Du'Anyam yang menghadirkan suvenir anyaman yang unik dengan kualitas bagus dan harga terjangkau. "Kami melihat kualitas, desain, harga jual dan jaringan distribusi perusahaan pemasok merchandise. Banyak perusahaan besar tapi kualitas produknya kurang baik," ujar Mochtar.
Mochtar menilai kualitas produk harus mendapat perhatian. Pasalnya Asian Games merupakan kesempatan perusahaan lokal untuk showcase dan memasarkan produknya ke luar negeri. Banyak perusahaan yang mengajukan kerja sama menjadi pemegang lisensi merchandise Asian Games.Â
Untuk itu INASGOC atau Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee sebagai panitia pelaksana melakukan kurasi secara selektif. "Kriteria UKM yang ingin menjadi partner Asian Games adalah kemauan belajar karena banyak sekali peraturan internasional yang harus diikuti," ujar Mochtar.
INASGOC memberikan banyak masukan kepada perusahaan pemegang lisensi, misalnya tren. Produk dipastikan cocok dengan milenial. Tak hanya itu, INASGOC memberikan usulan saat produk didesain. Dengan demikian merchandise Asian Games 2018 tidak kalah dengan merchandise host negara lainnya.Â
Pasalnya Asian Games merupakan salah satu event terbesar kedua setelah Olimpiade. Selain itu menjadikan Indonesia lebih baik di event internasional lainnya. Apalagi pada 2022 mendatang Indonesia ditunjuk menjadi co-host pertandingan basket internasional bersama Tokyo dan Manila.
Pembuatan merchandise Asian Games tidak menggunakan dana pemerintah. INASGOC hanya memberikan rights atau license kepada perusahaan yang memproduksi merchandise Asian Games. "Perusahaan tersebut mendanai sendiri produksinya. Kami menerapkan revenue sharing. Dari hasil penjualan, ada persentase yang harus dishare ke INASGOC," ujar Mochtar.
Perlu diketahui bahwa INASGOC mengikuti standar yang telah ditetapkan Olympic Council of Asia. Oleh karena itu INASGOC berhubungan dengan perusahaan yang siap dengan sistem tersebut. Sayangnya banyak perusahaan yang belum bisa mengikuti sistem tersebut.Â
INASGOC melakukan kontrol melalui hologram di semua produk. Tujuannya mencatat volume produk yang terjual yang selanjutnya dicocokkan dengan laporan dari perusahaan pemegang lisensi. "Ada beberapa merchandise yang tidak memungkinkan untuk ditempel hologram, contohnya makanan apalagi volumenya jutaan. Kalau minuman kaleng masuk ke chiller, hologram itu akan lepas," ujar Mochtar.