Masyarakat Inklusi
Masyarakat yang menyaksikan penampilan anak-anak dengan down syndrome tak sedikit yang menangis. Sigit tak malu-malu menceritakan kondisi anak-anak itu, ada yang ditemukan di jalan, ada yang orangtuanya entah di mana. Sigit tidak pernah menyangka bisa mengantarkan anak-anak dengan down syndrome tampil di hadapan publik. Niat awalnya hanya ingin berbagi dengan kemampuan musik yang dimilikinya.
Sigit menilai di Surabaya sudah cukup bagus dengan adanya Forum Keluarga Anak dengan Down Syndrome. Forum tersebut menunjukkan banyak orangtua yang berjuang untuk anaknya. “Sudah dua tahun ini kami pentas di Hotel Shangri-La Surabaya setiap Down Syndrome Day,” tutur Sigit.
Sigit memandang kondisi itu dilatari belum adanya komunitas yang memberikan wawasan kepada orangtua dan orangtua belum tahu memperlakukan anak yang seharusnya.
Melalui video yang dibuatnya dengan judul We are not Diverse, Sigit ingin menunjukkan bahwa sebenarnya kita tidak berbeda, hanya masalah kesempatan dan pembuktian.
Sigit mengisahkan sempat mengundurkan diri sebagai relawan dari pondok karena ingin fokus bekerja. Anak-anak menangis. Berselang dua bulan kepala pondok meminta Sigit mengajar kembali atas permintaan anak-anak.
Guru yang menggantikannya dinilai kurang tepat. Pasalnya anak-anak dengan down syndrome tidak mudah cocok dengan orang lain. Sigit berharap masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang inklusi, peduli pada teman-teman disabilitas atau anak-anak berkebutuhan khusus.
Berikan support dan semangat kepada orangtua yang memiliki anak dengan down syndrome. “Saya mengapresiasi orangtua yang sangat luar biasa. Saya sangat kagum dengan kegigihan mereka,” kata Sigit.